Selasa 08 Oct 2024 08:15 WIB

Utang Mengganggu Kenyamanan Pelakunya

Orang yang berutang akan merasa cemas.

Utang (ilustrasi)
Foto: AP Photo/LM Otero
Utang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Darussalam (UNİDA) Gontor, Syahruddin menyampaikan pemaparan tentang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup yang sesuai dengan tuntunan Islam. Dia pun menyinggung soal pemenuhan kebutuhan yang seimbang.

"Manusia yang menjadikan Alquran sebagai panduan pola pikirnya, akan menempatkan kebutuhannya dengan seimbang. Kebutuhan itu menjadi primer jika dengan memenuhinya membuat dirinya bertambah kedekatannya dengan Allah SWT," kata dia beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Para sahabat Nabi Muhammad SAW, jelas Syahruddin, telah mencontohkan bagaimana mereka berlomba-lomba menjadikan sedekah sebagai pembenaran atas keimanannya. Sebab, dengan sedekah, maka seorang Muslim mengeluarkan harta di jalan Allah.

"Bahkan Khalifah Utsman bin Affan beberapa kali berdiri menyatakan kesanggupannya membelanjakan hartanya untuk mendukung perjuangan Islam," kata dia.

Sementara itu, menurut Syahruddin, prioritas kebutuhan menjadi kecil jika berpotensi memalingkan diri dari penghambaan kepada Allah SWT. Dia mengatakan, liburan ke suatu tempat yang bertujuan membaca ayat-ayat kauniyah Allah SWT lalu menambah keimanannya, tentu dapat meningkatkan level prioritasnya.

"Sebaliknya, liburan yang dengannya menambah kemaksiatan, cenderung boros karena tidak terencana dengan baik, bahkan harus berhutang, tentu harus dihindari," ujarnya.

Padahal, Syahruddin menjabarkan, hadits Rasulullah SAW sudah jelas bahwa utang dapat mengganggu pelakunya di siang dan malam hari. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Jangan menakut-nakuti diri kalian setelah merasa aman." Lalu para sahabat bertanya, "Apa itu, wahai Rasulullah?" Nabi Muhammad menjawab, "Utang". (HR Ahmad, Hakim, al-Baihaqi)

Dari hadits itu, bisa diketahui bahwa orang yang berutang justru akan mengganggu dirinya karena ia akan merasa khawatir, cemas, maupun terkekang selama masih punya utang tersebut. Karena begitu khawatirnya terhadap utang, Nabi Muhammad pun selalu berdoa agar terhindar dari lilitan utang.

Dalam riwayat Aisyah RA, Rasulullah SAW berdoa dalam sholat, "Ya Allah aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan terlilit utang." Lalu ada seseorang yang bertanya, "Mengapa Anda banyak meminta perlindungan dari utang, wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Sesungguhnya seseorang jika sedang berutang, ketika dia berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering menyelisihinya." (HR Bukhari dan Muslim)Karena itu Syahruddin menekankan, setiap Muslim dalam memenuhi kebutuhan hidupnya harus betul-betul memperhatikan keseimbangan. "Kembali perlu dihayati, jadikanlah ajaran agama dalam Alquran dan Hadits Rasulullah sebagai panduan, agar dalam memenuhi keperluan hidup ini senantiasa seimbang," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement