Jumat 20 Sep 2024 18:36 WIB

Meniru Cara Rasulullah Bersabar

Rasulullah SAW bersabar menghadapi berbagai tindakan jahat yang ditujukan kepadanya.

ILUSTRASI Rasulullah SAW.
Foto: dok publicdomainpictures
ILUSTRASI Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan keutamaan sifat sabar. Dalam menghadapi kesulitan, seorang Muslim hendaknya bersabar. Ketabahan lebih baik daripada luapan amarah walaupun sesaat.

Dengan kesabaran, jiwa dan pikiran menjadi lebih tenang sehingga siap menemukan solusi. Dan, sebagai Muslimin, kita hendaknya meniru Nabi Muhammad SAW dalam hal ini. Sebab, beliau merupakan contoh yang paripurna. Ada banyak kisah tentang suri teladannya itu.

Baca Juga

Puluhan tahun berdakwah, Nabi Muhammad SAW sering mendapatkan perlakuan yang kasar dan bahkan keji dari kaum musyrikin. Pernah seseorang melempari kepala Rasulullah SAW dengan kotoran kala beliau sedang sujud dalam shalatnya. Tindakan itu tidak dibalasnya dengan ledakan emosional, melainkan kesabaran dan munajat kepada Allah SWT.

Pernah beliau berdoa, semoga Rabb semesta alam berkenan menjadikan dari keturunan Bani Quraisy orang-orang yang beriman lagi beramal saleh. Begitu pula doanya sesudah menerima lemparan kerikil dan batu dari orang-orang Thaif. “Ya Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Dalam kisah lain, kesabaran Rasul SAW pada akhirnya menjadi jalan hidayah bagi seseorang. Tersebutlah cerita tentang seorang wanita tua yang nyaris selalu meludahi Nabi SAW kala berpapasan depan rumah. Saking seringnya, beliau sempat bertanya-tanya. Sebab, pada suatu hari ketika melewati rumah nenek tersebut, beliau tidak menerima tindakan kasar sebagaimana biasanya.

Akhirnya, Rasulullah SAW mengetahui bahwa perempuan tersebut sedang sakit. Kalau insan biasa dengan kecenderungan dendam, boleh jadi bergembira saat mendengar kabar buruk yang menimpa pihak pengganggu.

Nabi SAW sama sekali tidak senang. Begitu mendapati kabar itu, beliau menjenguk nenek itu. Dan, perempuan ini tidak menyangka, sosok yang sering dihinanya akan bersedia membesuknya.

Tindakan beliau menggugah hatinya. Nenek ini menangis di dalam hatinya, "Duhai betapa luhur budi manusia ini. Kendati tiap hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjengukku."

“Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?" tanya wanita ini.

“Aku yakin engkau meludahiku karena belum mengetahui tentang kebenaran risalah Islam. Jika engkau telah mengetahuinya, aku yakin engkau tidak akan melakukannya,” jawab beliau.

Dengan penuh kesadaran, nenek tersebut berkata sebelum bersyahadat, "Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu.” 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement