REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai tiang agama, shalat menjadi sarana untuk mendekatkan diri hamba kepada Tuhannya. Rukun Islam kedua ini merupakan kewajiban yang dilaksanakan lima kali dalam satu hari.
Shalat menjadi ujian kedua bagi seorang Muslim untuk membuktikan komitmennya kepada Allah SWT setelah mengucapkan kalimat syahadat pada rukun Islam pertama.
Perintah pertama untuk menunaikan shalat tertera dalam surah al-Baqarah ayat 43. "Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk." Tidak kurang ada 17 perintah langsung lewat kata aqimu atau dirikanlah dari Allah SWT agar umat Islam melaksanakan shalat.
Allah SWT menginstruksikan kita untuk shalat sesuai manual book yang tertera di dalam hadis. Setiap gerakan harus sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Tak terkecuali sujud. Nabi SAW bahkan pernah meminta sahabat untuk mengulang shalatnya karena ada gerakan yang tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan.
Sahabat Hudzaifah RA melihat seorang laki-laki yang tidak sempurna rukuk dan sujudnya. Tatkala dia selesai melaksanakan shalat, Hudzaifah berkata kepadanya, kamu belum shalat. Ia berkata, aku mengira ia berkata-seandainya kamu mati maka kamu mati dalam keadaan tidak di atas sunah Muhammad (HR Bukhari nomor 791 dan 808).
Perkataan Hudzaifah RA, "kamu belum shalat", sebenarnya seperti sabda Rasulullah SAW kepada seseorang. "Pergilah, lalu shalat karena kamu belum shalat."
Sebab, beliau melihat bahwa orang itu melakukan shalat, tetapi dengan gerakan-gerakan yang tidak tepat. Pahamilah bahwa shalat merupakan perintah agama. Untuk mendirikannya, seseorang mesti taat pada tuntunan, yang sudah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Shalluu kama raaitumuunii ushalli.” Artinya, 'Shalatlah, seperti kalian melihat aku shalat.'
Dengan demikian, shalat tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan keputusan dan pemahamanan tiap orang sendiri-sendiri. Mengapa demikian? Sebab, ketika seseorang hendak dan melaksanakan shalat, berarti ia akan menghadap dan berdialog dengan Allah. Maka, shalat pun harus sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh-Nya, sebagaimana yang ditunjukkan-Nya melalui utusan-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW.