Selasa 17 Sep 2024 16:55 WIB

Seantero Bumi akan Terguncang Hebat Saat Kiamat, Lebih Dahsyat dari Gempa Megathrust

Ayat ini menerangkan kiamat diawali dengan guncangan dahsyat yang menimpa bumi.

Guru bersama warga membersihkan puing pagar yang roboh pascagempa di SDN Tipar Padalarang, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (16/9/2024). Bangunan pagar sekolah sepanjang 30 meter itu rusak akibat gempa dengan magnitudo 5,3 di Kabupaten Sukabumi pada Ahad (15/9).
Foto:

Gempa Megathrust digadang-gadang berpotensi ‘mampir’ di Indonesia, tidak terkecuali di Jakarta. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, perlu adanya mitigasi gempa untuk di Jakarta. "Ini perlu kita sikapi bagaimana kita menyiapkan mitigasinya, investasi mitigasi yang harus disiapkan, bukan menunggu korban," kata  Penanggung Jawab Tim Diseminasi Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Septa Anggraini, Selasa (10/9/2024).

Septa memaparkan, potensi ancaman bagi Jakarta berdasarkan skenario model gempa Megathrust bersumber di zona subduksi Selat Sunda dengan potensi kekuatan Magnitudo (Mw) 8,7 memiliki dampak guncangan kuat di Banten, Lampung, Jakarta, dan Jawa Barat. Gempa tersebut mencapai skala intensitas kuat hingga sangat kuat dan menimbulkan kerusakan ringan hingga sedang.

photo
Infografis Serius Sikapi Potensi Tsunami Akibat Megathrust - (Republika)

"Hasil pemodelan tsunami akibat gempa Mw8,7 di zona megathrust Selat Sunda menunjukkan bahwa tsunami dengan tinggi di atas tiga meter dapat terjadi dan dapat menjangkau pantai Jakarta sekitar dua jam setelah gempa," kata Septa. 

Septa menjelaskan, wilayah Jakarta secara fisiografi didominasi oleh kondisi dataran rendah dengan struktur tanah lunak. Jarak antara Kota Jakarta dan zona subduksi lempeng di selatan Jawa Barat sekitar 300 kilometer."Di Jakarta, semakin ke utara tanahnya semakin lunak dan makin tebal. Jika terjadi gempa di zona megathrust Mw8,7 maka sebagian besar wilayah Jakarta memiliki kerentanan sangat tinggi terhadap gempa," kata Septa.

Lantas, apa sebenarnya yang disebut sebagai Gempa Megathrust? Gempa jenis ini merupakan gempa bumi yang berasal dari zona megathrust. Kata "Mega" itu artinya besar, sedangkan kata "Thrust" itu artinya sesar sungkup. Letaknya berada di perbatasan pertemuan continental crust (kerak benua) dan oceanic crust (kerak samudra).

Dilansir dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia tahun 2017, berdasarkan hasil kajian para pakar gempa bumi, zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang menunjam masuk ke bawah Pulau Jawa disebut sebagai zona megathrust. Gempa bumi pada lajur atau zona megathrust disebut juga gempa bumi interplate.

Zona megathrust diistilahkan untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.

Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting). Gempa dalam skala besar di laut kemudian memicu tsunami. Secara umum zona sumber kejadian gempa bumi di Indonesia berdasarkan mekanisme fisik dapat di bagi menjadi 3, salah satunya zona subduksi yang merupakan zona kejadian gempa bumi yang terjadi di sekitar pertemuan antar lempeng.

Jalur subduksi lempeng umumnya sangat panjang dengan kedalaman dangkal mencakup bidang kontak antar lempeng. Dalam perkembangannya, zona subduksi diasumsikan sebagai “patahan naik yang besar” disebut sebagai Zona Megathrust.

Zona megathrust bukanlah hal baru. Di Indonesia, zona sumber gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia. Zona megathrust berada di zona subduksi aktif, seperti:

1. Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba,

2. Subduksi Banda

3. Subduksi Lempeng Laut Maluku

4. Subduksi Sulawesi

5. Subduksi Lempeng Laut Filipina,

6. Subduksi Utara Papua.

sumber : Tafsir Tematik Kemenag/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement