REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Islam mengajarkan agar tak melepaskan dua perkara ini dari kehidupan seseorang yaitu tawakal dan ikhitar.
Dari ‘Umar bin Khattab, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian benar-benar bertawakkal pada Allah, tentu kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi no 2344. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih).
Tawakal dan ikhtiar adalah karakter burung. Satu sayap mengepakkan jiwa tawakal, satunya lagi mengepakkan jiwa ikhtiar.
Keduanya digerakkan seirama dan seimbang, begitu indah dan harmonis. Dengannya, ia mampu menembus angkasa tinggi nan luas dengan wajah sangat gagah dan berwibawa.
Ulama salaf berkata, ''Tawakal adalah sikap para Nabi dan ikhtiar adalah sunahnya.'' Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah, Zat Yang Mahaperkasa, MahapBerilmu, Mahaadil, Maha Pemurah, dan Maha Pembela. Sandaran ini melahirkan jiwa yang penuh keyakinan, keberanian, dan optimisme. Tawakal itu pendobrak jiwa ketakutan dan kekerdilan, si penghadang kemajuan dan perubahan, dan rahim bagi jiwa kepeloporan dan kepahlawanan.
Saat Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, tak sedikit pun jiwanya bergeming. Saat Nabi Muhammad diprovokasi bahwa orang kafir telah mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatannya untuk menghancurkan dakwah beliau, imannya justru semakin kokoh.
Kalimat yang terlontar dari lidah mereka adalah ''Hasbunallaahu wani'mal wakil, Allah yang mencukupi kami dan sebaik-baik tempat kami berserah diri.'' Ini ungkapan pembukitan bahwa tak ada satu penghadang pun yang mampu menyurutkan langkah besar mereka.
Tawakal...