Senin 02 Sep 2024 13:46 WIB

RS Larang Jilbab, Kiai Masyhuril: Tidak Paham Pancasila, Pindahkan Saja dari Indonesia

Dugaan larangan jilbab di salah satu RS diungkapkan oleh seorang dokter.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Masyhuril Khamis.
Foto: Dok Republika
Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Masyhuril Khamis.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Al-Washliyah, KH Masyhuril Khamis turut mengomentari dugaan pelarangan penggunaan jilbab di Rumah Sakit (RS) Medistra, Jakarta Selatan. Sebelumnya, dugaan pembatasan jilbab untuk perawat dan dokter umum itu terungkap setelah surat protes dilayangkan dokter Diani Kartini beredar di media sosial.

Kiai Masyhuril mengatakan, lagi-lagi ada orang yang menunjukkan tidak paham Pancasila. Jika ada kebijakan larangan penggunaan jilbab di RS, sebaiknya pindahkan saja RS tersebut dari lndonesia.

Baca Juga

"Negara (Indonesia) ini di bangun oleh para pendahulu kita penuh dengan sikap saling menghargai, toleran, kok sekarang ada oknum atau kebijakannya bertentangan dengan (sikap toleransi) itu," kata Kiai Masyhuril kepada Republika, Senin (2/9/2024).

Menurut  Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa Majelis Ulama Indonesia (PDPAB MUI) ini, RS yang melarang penggunaan jilbab sama saja tidak pandai berterima kasih kepada para pendiri bangsa yang toleran. Pembuat kebijakannya tidak menghargai orang lain.

"RS (yang melarang penggunaan jilbab) seperti ini akan ditinggalkan customer bisa saja dari kalangan umat Islam, pada akhirnya bisa saja mungkin diboikot," ujar Kiai Masyhuril.

Sebelumnya, beredar di dunia maya surat yang tertulis dokter Diani Kartini bertanggal 29 Agustus 2024 ditujukan kepada Direksi RS Medistra. Surat tersebut berbunyi demikian: 

“Selamat Siang Para Direksi yang terhormat. Saya ingin menanyakan terkait persyaratan berpakaian di RS Medistra. Beberapa waktu lalu, asisten saya dan juga kemarin kerabat saya mendaftar sebagai dokter umum di RS Medistra. Kebetulan keduanya menggunakan hijab. Ada pertanyaan terakhir di sesi wawancara, menanyakan terkait performance dan RS Medistra merupakan RS internasional, sehingga timbul pertanyaan apakah bersedia membuka hijab jika diterima."

"Saya sangat menyayangkan jika di zaman sekarang masih ada pertanyaan rasis. Dikatakan RS Medistra berstandar internasional tetapi mengapa masih rasis seperti itu?"

"Salah satu RS di Jakarta Selatan, jauh lebih ramai dari RS Medistra, memperbolehkan semua pegawai baik perawat, dokter umum, spesialis, dan subspesialis menggunakan hijab."

"Jika RS Medistra memang RS untuk golongan tertentu, sebaiknya jelas dituliskan saja kalau RS Medistra untuk golongan tertentu sehingga jelas siapa yang bekerja dan datang sebagai pasien."

"Sangat disayangkan sekali dalam wawancara timbul pertanyaan yang menurut pendapat saya ada rasis. Apakah ada standar ganda cara berpakaian untuk perawat, dokter umum, dokter spesialis, dan sub spesialis di RS Medistra? Terimakasih atas perhatiannya.”

Dikonfirmasi Republika.co.id, dokter Diani membenarkan bahwa surat tersebut memang dia tulis dan telah serahkan salinan halusnya (soft copy) kepada RS Medistra. 

"Memang benar itu tulisan keberatan saya ke manajemen Medistra,” kata dokter Diani, Ahad (1/9/2024).

 Selanjutnya...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement