Senin 02 Sep 2024 05:34 WIB

Dikuasai Partai Komunis, Apakah China Negara yang Beragama?

Warga China tidak teridentifikasi beragama tetapi jalankan ritual

Ilustrasi. Warga China tidak teridentifikasi beragama tetapi jalankan ritual
Foto:

Pemerintah mengajarkan bahwa agama adalah pola pikir yang terbelakang, dan pemerintah menempatkan banyak pembatasan pada agama. Anggota Partai Komunis China secara resmi dilarang mempraktikkan agama.

Ekspresi keagamaan dan spiritual 

Di China, kepercayaan terhadap dewa-dewa dan tokoh-tokoh agama lainnya lebih umum daripada identitas agama formal.

Sebagai contoh, menurut survei China Family Panel Studies (CFPS) pada 2016, 18 persen orang dewasa China percaya pada dewa-dewa Tao dan 33 persen percaya pada Buddha dan/atau makhluk yang tercerahkan (dewa-dewa Buddha).

Jumlah orang yang percaya pada tokoh agama biasanya lebih banyak daripada jumlah orang yang mengidentifikasi diri mereka dengan satu agama, dan banyak orang Tionghoa yang melaporkan bahwa mereka percaya pada beberapa tokoh atau kekuatan agama.

Secara umum, praktik keagamaan merupakan elemen umum dalam kehidupan di China, dan beberapa di antaranya dipraktikkan oleh sebagian besar penduduk.

Sebagai contoh, sekitar seperempat orang dewasa (26 persen) membakar dupa untuk memuja dewa-dewi setidaknya beberapa kali dalam setahun. Sering kali ritual ini dikaitkan dengan permintaan berkah, seperti untuk mendapatkan nilai bagus dalam ujian sekolah.

Salah satu kebiasaan yang paling umum di China adalah mengunjungi makam anggota keluarga. Tiga perempat responden dalam CGSS 2018 mengunjungi makam setidaknya sekali pada tahun sebelumnya. Ada beberapa hari khusus setiap tahun yang ditetapkan untuk menghormati leluhur.

Ketika orang China mengunjungi makam, mereka sering melakukan ritual yang seolah-olah membantu leluhur mereka yang telah meninggal yang sekarang tinggal di alam lain (alam baka).

Ritual-ritual ini termasuk membakar “uang arwah” dan mempersembahkan makanan dan minuman, berdasarkan gagasan bahwa persembahan tersebut dapat dibawa untuk memberi manfaat bagi leluhur di alam spiritual mereka.

Namun, hanya 10 persen orang China yang percaya bahwa orang yang sudah meninggal memiliki roh yang masih hidup (“hantu”). Dalam studi etnografinya mengenai ritual kuburan, sosiolog Duke University Anna Sun menemukan bahwa kebermaknaan dari praktik-praktik kuburan ini tidak membutuhkan keyakinan bahwa persembahan tersebut secara supernatural dikirimkan kepada orang yang telah meninggal.

Unsur-unsur lainnya..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement