Sabtu 31 Aug 2024 09:08 WIB

Yordania-Iran Bahas Upaya Gencatan Senjata Gaza dan Agresi Tepi Barat Palestina

Palestina akan terus mempertahankan kawasannya.

Seorang pria mengibarkan bendera Palestina saat kendaraan lapis baja Israel bergerak selama operasi militer di kamp Nur Shams, di Tepi Barat, Kamis, 29 Agustus 2024.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Seorang pria mengibarkan bendera Palestina saat kendaraan lapis baja Israel bergerak selama operasi militer di kamp Nur Shams, di Tepi Barat, Kamis, 29 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pada Jumat (30/8) membahas upaya gencatan senjata di Gaza serta eskalasi Israel di Tepi Barat bagian utara yang diduduki.

Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Yordania, kedua diplomat senior tersebut berbicara melalui telepon dan membahas perkembangan regional, termasuk perang Israel di Gaza dan eskalasi berbahaya Israel di Tepi Barat yang diduduki.

Baca Juga

Pernyataan tersebut mengutip Safadi yang menekankan bahwa menghentikan agresi Israel di Gaza adalah langkah pertama untuk mencegah penyebaran "perang regional total."

Selain perang dahsyat Israel di Gaza, pada Rabu, tentara Israel memulai operasi militer besar di Tepi Barat bagian utara yang diduduki, yang sejauh ini telah menewaskan 20 warga Palestina dan menyebabkan tingkat kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Iran dan kelompok Hamas Palestina menuduh Israel bertanggung jawab atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, pada 31 Juli, meskipun Tel Aviv belum mengkonfirmasi atau menyangkal keterlibatan.

Israel terus melanjutkan serangan di Jalur Gaza setelah serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober, meskipun resolusi Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera.

Serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 40.600 kematian warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta lebih dari 93.800 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang terus berlanjut di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, sehingga sebagian besar wilayah tersebut berada dalam kehancuran.

Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah bagian selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum wilayah tersebut diinvasi pada 6 Mei. 

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Turki mengecam Menteri Keamanan Nasional Israel yang radikal bernama Itamar Ben-Gvir atas pernyataannya baru-baru ini yang menyerukan pembangunan sinagoge di Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki.

"Pernyataan yang dibuat oleh Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengenai pembangunan sinagoge di Masjid Al-Aqsa adalah contoh baru dan sangat berbahaya dari upaya Israel untuk mengubah status dan identitas Yerusalem dan tempat-tempat suci di Yerusalem,” kata Kemenlu Turki seraya menambahkan bahwa pernyataan tersebut telah menyebabkan kemarahan di dunia Muslim, dikutip dari laman Daily Sabah, Rabu (28/8/2024).

Pernyataan Kemenlu Turki berlanjut dengan mengatakan bahwa provokasi semacam itu terhadap masjid suci tersebut bersifat ofensif dan menyebabkan ketegangan global.

Menunjuk pada serangan pemerintah Israel terhadap rakyat Palestina, Kemenlu Turki mengatakan kebijakannya mengancam stabilitas regional dan global.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement