REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV — Israel dinilai telah kehilangan daya tangkalnya dalam perang yang belum juga selesai di Gaza. Negeri zionis tersebut bahkan dianalogikan telah menjadi 'bocah yang dipukuli dan dipermalukan diantara anak-anak di timur tengah', kata mantan perwira tinggi Israel Brigadir Jenderal (Purn) Guy Hazut dilansir dari laman berita Israel Yedioth Ahronoth seperti dilaporkan Al-Mayadeen, Jumat (23/8/2024).
Berbicara pada konferensi Forum Perwira Cadangan dan Pejuang, Hazut menekankan “kegagalan paling serius” sejak 7 Oktober terletak pada manajemen perang di Gaza. Dia menunjukkan, siapa pun yang ingin mempermalukan Israel, mereka mampu meluncurkan sesuatu. Hal tersebut merujuk pada berbagai serangan rudal dan pesawat tak berawak yang diluncurkan ke arah Israel dari Iran, Lebanon, Yaman dan Irak.
Mengenai kegagalan dalam mengelola perang di Gaza, Hazut menganggap, Israel tertidur selama serangan Perlawanan Palestina ke pemukiman di jalur Gaza pada 7 Oktober. Dia pun menegaskan, entitas penjajah itu "tertangkap basah dan ditampar di wajahnya” pada saat itu.
Membahas situasi di Gaza, purnawirawan jenderal bintang satu itu menyebutkan bahwa “setidaknya setengah dari anggota Hamas masih hidup, sementara puluhan warga Israel masih ditawan.”
Dia menyoroti bahwa ratusan komandan perlawanan Palestina di Gaza terus beroperasi. Mereka bekerja untuk merehabilitasi Hamas di wilayah yang sangat luas, dari kamp pengungsi al-Shati hingga ke daerah-daerah yang luas di antara Khan Younis dan Rafah di selatan.
Hazut juga mengakui adanya kekurangan amunisi dan peralatan, termasuk peluru artileri dan tank dalam militer Israel. Dia memperingatkan bahwa “Israel tidak mampu melakukan segalanya di Timur Tengah.”
Menyikapi investigasi yang dilakukan oleh militer Israel terkait kegagalan dalam perang, Hazut mengungkapkan bahwa sistem investigasi militer “bangkrut”. Dia menambahkan bahwa salah satu bahaya terbesar yang dihadapi militer adalah investigasi yang tidak lagi kredibel.
Tiga tentara Israel tewas..