REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa kehidupan Nabi Muhammad SAW, perdebatan pernah terjadi antara sejumlah Muslimin dan para Ahli Kitab. Bahkan, masing-masing saling membanggakan diri sendiri. Suasana menjadi sengit.
Kaum Ahli Kitab berkata, "Nabi kami datang sebelum nabi kalian dan kitab kami diturunkan sebelum kitab kalian!"
Membalasnya, kaum Muslimin pun berkata, "Nabi kami adalah pamungkas para nabi dan kitab kami (Alquran) menghapuskan semua kitab terdahulu."
Hal itu kemudian menjadi sebab turunnya (asbabun nuzul) Alquran surah an-Nisa ayat ke-123.
لَـيۡسَ بِاَمَانِيِّكُمۡ وَلَاۤ اَمَانِىِّ اَهۡلِ الۡـكِتٰبِؕ مَنۡ يَّعۡمَلۡ سُوۡٓءًا يُّجۡزَ بِهٖۙ وَ لَا يَجِدۡ لَهٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيۡرًا
Artinya, "(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmu dan bukan (pula) angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah."
Ayat tersebut mengajarkan kepada seluruh umat Rasulullah SAW untuk tidak terbuai oleh mimpi-mimpi indah atau angan-angan kosong. Dalam bahasa Arab, itu diistilahkan sebagai al-amani.
Maknanya mencakup ilusi atau khayalan. Ini merupakan salah satu alat atau perangkat yang dipergunakan setan untuk menyesatkan umat manusia.
وَّلَاُضِلَّـنَّهُمۡ وَلَاُمَنِّيَنَّهُمۡ وَلَاٰمُرَنَّهُمۡ فَلَيُبَـتِّكُنَّ اٰذَانَ الۡاَنۡعَامِ وَلَاٰمُرَنَّهُمۡ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلۡقَ اللّٰهِؕ وَمَنۡ يَّتَّخِذِ الشَّيۡطٰنَ وَلِيًّا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ فَقَدۡ خَسِرَ خُسۡرَانًا مُّبِيۡنًا
"'Dan pasti aku (iblis) sesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya).' Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata" (QS an-Nisa: 119).
Menurut pakar tafsir al-Razi, angan-angan itu tercela dan dikecam oleh agama. Sebab, itu menimbulkan dua keburukan, yaitu sifat loba (al-khirsh) dan sifat ingin kekal (al-amal) di dunia.
Karena loba, seorang bisa menghalalkan segala ambisi untuk menggapai keinginannya. Karena merasa kekal di dunia, seorang bisa lupa diri dan tidak perlu bertobat, serta tidak akan berpengaruh baginya petuah atau nasihat.
Berbeda dengan angan-angan, harapan adalah ...