Selasa 20 Aug 2024 17:29 WIB

Ini Misi yang Mustahil Dicapai Israel di Gaza, dengan atau tanpa Berperang

Israel telah gagal mencapai tujuan utama perang di Gaza

Para pengunsi Palestina berjalan melarikan diri meninggalkan kota Khan Younis, di Jalur Gaza pada Senin (1/7/2024). Tentara Israel memerintahkan evakuasi massal kepada warga Palestina di Khan Younis. Diduga militer Israel akan melancarkan serangan darat baru di kota terbesar kedua di Jalur Gaza tersebut.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sepanjang perang di Gaza, senjata disinformasi telah digunakan dengan efek yang mematikan. Sejak awal, sekutu-sekutu Barat Israel memimpin serangan terhadap opini publik global.

Ketidakbenaran tentang pemenggalan bayi dan pemerkosaan terhadap perempuan Israel diulang-ulang dan dibesar-besarkan tanpa verifikasi. Kebohongan lain yang terus menerus disebarluaskan adalah klaim bahwa Israel tidak memiliki tujuan akhir di Gaza. Tentu saja ada.

Baca Juga

Dr Daud Abdullah, dalam artikelnya bertajuk “Israel’s endgame in Gaza, an impossible mission” yang dipublikasikan middleastmonitor, menjelaskan, bagi pemerintah sayap kanan Israel, tujuan akhir yang ideal adalah Nakba kedua.

Hal ini membutuhkan pemusnahan seluruh kota dan desa di Gaza, dan pengusiran paksa warga yang masih hidup ke Sinai, Mesir. Delapan puluh empat persen wilayah Gaza kini berada di bawah perintah evakuasi.

Seruan pembersihan etnis di Gaza telah dimulai jauh sebelum 'Operasi Banjir Al-Aqsa'. Pada Oktober 2021, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengatakan kepada anggota parlemen Arab: “Saya tidak akan melakukan percakapan apa pun dengan Anda, kalian para anti-Zionis... Kalian ada di sini karena kesalahan karena [Perdana Menteri pertama Israel David] Ben-Gurion tidak menyelesaikan pekerjaannya dan mengusir kalian pada 1948.”

Baru-baru ini, pada November 2023, Avi Dichter, anggota kabinet keamanan yang sedang menjabat dan menteri pertanian, mengumumkan: “Kami sekarang meluncurkan Gaza Nakba.” “Gaza Nakba 2023. Begitulah yang akan terjadi,” tegasnya.

Semua yang telah terjadi di Gaza sejak Oktober 2023 menegaskan bahwa memang ada rencana. Yaitu membuat Gaza tidak layak huni sehingga penduduknya akan berkemas dan pergi. Sebanyak 1,9 juta orang, atau sembilan dari setiap sepuluh orang di Gaza, telah mengungsi.

Meski begitu, tentara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap mengalami demoralisasi dan secara substansial melemah. Para perwira senior angkatan darat dan pejabat di komunitas intelijen secara terbuka mengkritik perdana menteri, mengatakan bahwa perang tidak dapat dimenangkan. Juru bicara Angkatan Darat Daniel Hagari menimbulkan kegemparan ketika dia mengatakan kepada Channel 13 Israel pada bulan Juni bahwa “Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai. Ini berakar di hati rakyat - siapa pun yang berpikir bahwa kita bisa melenyapkan Hamas adalah salah.”

Dia menambahkan, “Mengatakan bahwa kita akan melenyapkan Hamas sama saja dengan melempar pasir ke mata orang.”

Demikian pula, mantan wakil kepala Mossad, Ram Ben-Barak, menyesalkan fakta bahwa Israel kalah dalam perang di Gaza. “Perang ini tidak memiliki tujuan yang jelas, dan jelas sekali bahwa kita kalah,” kata Ben-Barak kepada radio publik Israel. “Kami dipaksa untuk terlibat dalam pertempuran di daerah yang sama dan akhirnya kehilangan lebih banyak tentara,” katanya.

Dihadapkan dengan...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement