Jumat 16 Aug 2024 23:23 WIB

Pidato Kemerdekaan, Ketum Muhammadiyah Kutip Al Araf Ayat 96 Soroti Pengkhianatan

Kemerdekaan Indonesia masih dihiasi pengkhianatan

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, menyoroti pengkhiatan terhadap kemerdekaan RI.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dalam pidato Kebangsaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Republika Indonesia (RI), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Profesor Haedar Nashir menyampaikan jenis-jenis pengkhianatan atas jiwa kemerdekaan Indonesia.

"Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, politik uang, politik transaksional, politik dinasti, utang negara, salah urus dan penyimpangan dalam pengelolaan sumberdaya alam wujud dari pengkhianatan atas jiwa kemerdekaan Indonesia," kata Haedar dalam pidato Kebangsaan HUT Ke-79 RI yang disiarkan TVMu Channel pada Jumat (16/8/2024).

Baca Juga

Haedar dalam pidatonya mengatakan, ketika saat ini bangsa Indonesia merayakan HUT Kemerdekaan Ke-79, maka hayati dan praktikkan nilai-nilai dasar yang menjadi nyawa Negara Republik Indonesia itu. Jangan berhenti di kulit luar dan kesemerakkan lahiriah semata.

Bangunlah jiwa Indonesia agar lahir Indonesia Raya yang bernyawa. Yakni Indonesia yang benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagai tujuan dan cita-cita nasional yang digoreskan para pendiri negara. Bawalah negara dan bangsa tercinta ini pada cita-cita luhurnya yang mulia.

Haedar mengingatkan, rakyat Indonesia menderita ratusan tahun akibat kezaliman penjajah yang menikmati bumi dan kekayaan negeri ini. Di antara pejuang bangsa itu bahkan banyak yang tidak berpredikat pahlawan Nasional, bahkan gugur tanpa nama.

"Karenanya, jangan biarkan Indonesia saat ini nestapa apalagi mati suri karena raganya terlepas dari jiwanya. Korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, politik uang, politik transaksional, politik dinasti, utang negara, salah urus dan penyimpangan dalam pengelolaan sumberdaya alam wujud dari pengkhianatan atas jiwa kemerdekaan Indonesia," ujar Haedar.

Ia menyampaikan bahwa kemerosotan moral, etika, dan segala tindakan buruk dalam berbangsa-bernegara merupakan bentuk perusakkan jiwa Indonesia. 

Ia menegaskan, kunci Indonesia Raya agar tetap bernyawa dan tidak salah arah dalam memperjuangkannya berada di pundak para pemimpin bangsa.

"Jadilah para pemimpin Indonesia yang berjiwa, berpikiran, bersikap, dan bertindak sejalan Pancasila, agama, kebudayaan, dan sejarah Indonesia nan sarat makna," ujar Haedar.

Dalam pidatonya, ia menyeru, jadilah para pemimpin negarawan yang mengedepankan kepentingan Indonesia di atas kepentingan diri, kroni, dinasti, dan golongan sendiri.

BACA JUGA: Wakil Aceh di Paskibraka Nasional 'Dipaksa' Lepas Jilbab?

 

Haedar menyampaikan bahwa Mr Soepomo mengingatkan dalam pidatonya, "Kepala Negara dan badan-badan Pemerintahan lain harus bersifat pemimpin yang sejati, penunjuk jalan ke arah cita-cita luhur, yang diidam-idamkan oleh rakyat.

Negara harus bersifat badan penyelenggara, badan pencipta hukum yang timbul dari hati sanubari rakyat seluruhnya."

Haedar mengingatkan agar para pemimpin Indonesia harus sudah selesai dengan dirinya, dengan mengutamakan sikap memberi dan bukan meminta apalagi mencuri dari Indonesia.

Ia menyampaikan..

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement