Jumat 16 Aug 2024 19:57 WIB

Bung Karno: Bila Tauhid Rapuh, Datanglah Bencana

Sukarno berdebat dengan A Hassan, seorang ulama Persatuan Islam (Persis).

Sang proklamator RI, Sukarno, beserta Fatmawati berbincang dengan rakyat.
Foto: dok wiki
Sang proklamator RI, Sukarno, beserta Fatmawati berbincang dengan rakyat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam artikelnya, “Apa Sebab Turki Memisah Agama dan Negara”, Sukarno mengkritik kemunduran Kekhilafahan Utsmaniyyah. Menurutnya, fenomena itu disebabkan pemerintah setempat mencampur-baurkan antara persoalan agama dan politik, sehingga menghalangi kemajuan rakyat.

Hal itu dibantah A Hassan, ulama Persatuan Islam (Persis). Menurut dia, surutnya pengaruh Islam di Turki boleh jadi karena pemerintah setempat menjadikan Islam hanya sebagai hiasan, tanpa sungguh-sungguh melaksanakan syariat agama tersebut.

Baca Juga

Silang pendapat via media massa itu berlanjut dengan korespondensi ketika Sukarno dibuang oleh Belanda ke Ende, Flores (Nusa Tenggara Timur). Untuk diketahui, secara personal Hassan dan Sukarno menjalin persahabatan yang erat. Mereka saling peduli dan respek. Demikian halnya antara Natsir dan Sukarno.

Hal itu terbukti antara lain ketika pada 1930 Belanda menahan Sukarno di Penjara Sukamiskin, Bandung. Hassan sering menjenguknya; kadang kala ditemani Natsir. Barangkali, ada komunikasi antara Hassan dan Sukarno, sehingga kelak dalam autobiografinya—yang ditulis Cindy Adams—Sukarno mengatakan, “Di dalam penjaralah aku menjadi penganut Islam yang sebenarnya.”

Penahanan Sukarno merupakan peristiwa yang menggemparkan kalangan nasionalis—baik itu kubu sekular maupun agama. Mereka kian meningkatkan perlawanan terhadap pemerintah kolonial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement