Rabu 31 Jul 2024 16:24 WIB

4 Profil Pemimpin Hamas Hafidz Quran yang Syahid Dibunuh Israel, Termasuk Ismail Haniyeh

Ismail Haniyeh disebut memiliki hafalan Alquran 30 juz bersanad.

Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
Foto: Anadolu Agency
Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.

REPUBLIKA.CO.ID, Syahidnya pimpinan biro politik Hamas Ismail Haniyeh diduga didalangi penjajah Israel. Pembunuhan terhadap para pimpinan Hamas yang tidak mau berkompromi terhadap kebiadaban Israel bukan yang pertama. Militer zionis memiliki rekam jejak panjang dalam pembunuhan terhadap para pimpinan Hamas. Berikut lima pimpinan Hamas terakhir yang dibunuh militer Israel.

1. Yahya Abdul Lathif Ayyasy

Baca Juga

Yahya Ayyasy lahir pada tahun 1966 di desa Rafat, sebuah desa yang ada di wilayah Thulkurm, Palestina. Ayyasy muda dikenal cerdas bahkan mendapat penghargaan karena prestasinya menghafal Alquran pada tahun 1989. Dia lulus dari jurusan teknik listrik Universitas Bir Zaid.

Sejak tahun 1993, Yahya Ayyasy menjadi anggota persatuan Insinyur Yordania. Dia adalah ahli perakit bom pada pasukan pimpinan Izzuddin Al Qassam, pasukan pimpinan Izzuddin Al Qassam adalah sayap militer kelompok Hamas.

Yahya Ayyasy merencanakan 11 usaha isytisyhad atau bom bunuh diri. Dia melaksanakan rencana tersebut pada bulan April 1994 sampai November 1995. Usahanya itu berhasil menyebabkan kematian 410 orang Yahudi Israel.

Di antara ucapan-ucapannya yang terkenal, Yahya Ayyasy berkata, "Sesungguhnya peperangan melawan Israel harus terus dilakukan sampai mereka keluar dari bumi Palestina."

Israel memasang bahan peledak seberat 50 gram di telepon genggam yang dia ambil dari kawannya yang bernama Usamah. Usamah menerima telepon tersebut dari pamannya. Pamannya Usamah adalah satu-satunya orang yang mengetahui tempat persembunyian Yahya Ayyasy di rumah Usamah. Paman Usamah mengambil telepon dari Usamah kemudian memberikannya kembali. 

Suatu saat Yahya Ayyasy merasa curiga kalau orang Yahudi memasang bahan peledak di teleponnya. Yahya Ayyasy membuka telepon tersebut dan tidak mendapatkan sesuatu yang mencurigakan.

Pada tanggal 5 Januari 1996, Yahya Ayyasy sedang menunggu pembicaraan telepon dari ayahnya karena aliran telepon di wilayah tersebut sedang tidak aktif. Maka ayah Yahya Ayyasy menghubunginya lewat telepon genggam. Telepon yang sedang dipakai oleh Yahya Ayyasy tersebut meledak. Telepon genggam yang dia gunakan terdapat bahan peledaknya.

Bom yang terdapat di telepon genggamnya dikendalikan oleh pasukan Israel dari kejauhan yaitu dari dalam pesawat. Anggota tubuh Yahya Ayyasy langsung berantakan dan lehernya terputus. Wajah sebelah kanannya yang berada tepat di atas telepon genggam juga ikut hancur.

Orang-orang yang mengantar jenazah Yahya Ayyasy jumlahnya hampir mencapai 250 ribu orang. Jenazahnya dibawa dari masjid Palestina di kota Gaza menuju ke pemakaman jenazahnya. Diantar oleh orang-orang sejauh 4 km dan membutuhkan waktu sekitar 5 jam.

2.Syekh Ahmad Yasin

Pemilik nama asli Abdullah Yasin ini merupakan tokoh kunci di balik berdirinya Harakah Muqawamah Islamiyyah (Hamas). Muhammad Said Mursi dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, mengungkapkan, sosok yang mengaku lahir pada 1938 itu menjadi anak yatim ketika berusia tiga tahun.

Syekh Ahmad Yasin datang ke Gaza sebagai seorang pengungsi. Menginjak usia 12 tahun, ia mengalami kelumpuhan total setelah bermain gulat dengan kawannya, Abdullah al-Khatib. Lehernya sempat diplester selama 45 hari. Namun, ia harus mengalami kelumpuhan seumur hidup.

Meski kondisi fisiknya tak seperti orang normal karena lumpuh, semangat belajarnya sangat tinggi. Ia sebenarnya diterima sekolah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Namun, kondisi kesehatannya yang memburuk membuatnya terpaksa harus belajar di rumah.

photo
Syekh Ahmad Yassin. - (AP)

Ia adalah seorang kutu buku. Minatnya pada ilmu filsafat, agama, politik, sosiologi, dan ekonomi membuatnya menjadi seorang tokoh. Masyarakat Gaza pun menjulukinya sebagai salah seorang pembicara atau orator tebaik di Jalur Gaza. Syekh Ahmad Yasin pun dipercaya untuk menyampaikan khutbah pekanan setelah shalat Jumat.

Sebagai seorang orator yang hebat, ceramahnya seakan mampu menyihir dan membuat masyarakat di Gaza terpana. Tak heran jika setiap kali tampil berpidato atau berceramah, massa menyemut mengelilinginya. Karier pertamanya adalah menjadi guru bahasa Arab di sekolah dasar di Rimal, Gaza.

Aktivitasnya di dunia poltik dimulai dengan bergabung menjadi anggota Ikhwanul Muslimin cabang Palestina. Pada 1987, bersama Abdul Aziz al-Rantissi, Syekh Ahmad Yasin mendirikan sebuah organisasi bernama Hamas, yang dikenal sebagai sayap Ikhwanul Muslimin di Palestina. Ia pun menjadi tokoh yang disayangi umat dan ditakuti lawan.

Menurut Said Mursi, Hamas yang didirikan Syekh Ahmad Yasin disambut dukungan umat Islam di Palestina, khususnya di kawasan Gaza. Betapa tidak, Hamas yang dituding Pemerintah Amerika Serikat (AS) sebagai gerakan teroris, justru memberi berkah bagi warga Palestina.

Hamas telah mendirikan rumah sakit, membangun sistem pendidikan lewat sekolah-sekolah yang didirikannya, dan mendirikan lembaga zakat, lembaga perdamaian untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antarwarga, serta lembaga sosial lainnya. Sebagai seorang pejuang Islam yang tangguh, Syekh Ahmad Yasin tak pernah mengenal istilah takut.

Ia berani mempertaruhkan nyawanya untuk membela agama Allah SWT. Pada 1983, Syekh Ahmad Yasin ditangkap pasukan Israel. Ia dijebloskan ke dalam jeruji besi dengan tuduhan kepemilikan senjata illegal-sebuah fitnah dan tuduhan yang mengada-ada. Selain itu, ia juga dituding menghasut masyarakat untuk mengusir Yahudi.

Tak cukup dengan dua sangkaan itu, Syekh Ahmad Yasin pun dijebloskan ke penjara karena jabatannya sebagai pemimpin Hamas. Tak tanggung-tanggung, Syekh Ahmad Yasin pun dihukum penjara oleh Israel selama 13 tahun.

Empat tahun kemudian, Zionis Israel kembali memenjarakan Syekh Ahmad Yasin. Selama berada dalam penjara, ia kerap diperlakukan secara sangat keji. Meski dalam keadaan lumpuh, tentara Israel selalu menyiksanya. Semua siksaan keji itu diterimanya dengan penuh ketabahan.

"Syekh Ahmad Yasin rela mengalami semua siksaan dan penderitaan itu demi membela agama Islam dan memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari cengkeraman penjajah Israel," papar Said Mursi. Pada 1991, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan militer Israel.

Dia menyelesaikan hafalan seluruh Al-Quran pada tahun 1990 di dalam penjara pendudukan Zionis Israel. Dia membaca banyak buku tafsir, iman Islam, hadits, fikih dan usul fikih, selain banyak membaca buku dakwah, pemikiran dan dan pendidikan.

Enam tahun kemudian, Syekh Ahmad Yasin dibebaskan dari penjara. Ia dibebaskan dalam sebuah pertukaran tahanan antara pemerintah Israel dan kelompok Hamas. Israel membebaskannya dari hukuman seumur hidup dengan syarat Hamas membebaskan dua anggota Mosad yang berupaya membunuh tokoh Hamas di Yordania, Halid Masy'al.

Upaya untuk membunuh sang tokoh Muslim itu terus dilakukan Israel. Hingga akhirnya, pada 22 Maret 2004, tentara Zionis Israel membunuh Syekh Ahmad Yasin dengan cara yang sangat sadis dan keji.

Hari itu, Syekh Ahmad Yasin baru saja selesai shalat Subuh di Masjid al-Mujama' al-Islami yang didirikannya di Kota Gaza. Ketika keluar dari masjid, pasukan Israel melepaskan tiga roket. Salah satunya, mengenai tubuh sang mujahid. Ia pun gugur sebagai syuhada bersama sembilan orang Palestina

Dunia pun beramai-ramai mengecam aksi brutal dan sadis yang dilakukan pasukan Zionis Israel itu. Sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat itu, Kofi Annan, mengutuk keras pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap tokoh Hamas tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement