REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Hamas, Ismail Haniyah dibunuh oleh 'proyektil berpemandu udara' yang menghantam kediaman tempat ia menginap di utara ibu kota, Teheran, Iran. Ketua MUI bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menilai, pembunuhan Ismail Haniyah bisa memicu terjadinya perang dunia ketiga.
"Hari ini kita mendapat kabar Ismail Haniyah itu dibunuh di Iran. Dan dalam Twitter yang saya baca, ada informasi itu anaknya dan cucunya dibunuh dulu, baru Ismail Hania dibunuh," ujar Kiai Cholil saat menjadi pembicara dalam Forum Ukhuwah Islamiyah bertema "Ukhuwah Islamiyah dalam Polemik Afiliasi Israel" di Jakarta Barat, Rabu (31/7/2024).
Kiai Cholil heran dengan pertahanan Iran yang bisa jebol dan tidak bisa melindungi tamunya yang juga pejuang Palestina. Terlepas dari itu, menurut Kiai Cholil, pembunuhan Ismail Haniyah ini tidak mustahil memicu perang dunia.
"Itu tidak mustahil memicu perang dunia karena sudah kehormatannya Iran saya pikir mengindikasikan banyak hal, lalu analisis termasuk kematian kecelakaan dari pimpinan atau presiden dari Iran," ucap Kiai Cholil.
"Dan sekarang adalah pemimpin Hamas juga dibunuh di Iran, ini sangat rawan sebenarnya," kata Pengasuh Ponpes Cendikia Amanah Depok ini.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kan'ani telah bereaksi atas kematian Ismail Haniyeh yang terbunuh di Teheran pada Rabu (31/7/2024). Dalam pernyataannya, dikutip Mehr News, Kan'ani mengungkapkan duka cita atas kematian Haniyeh kepada rakyat Palestina, Hamas, dan semua kelompok pejuang Palestina.
Menurutnya, investigasi atas detail insiden oleh institusi relevan di Republik Islam Iran sedang berjalan. Kan'ani menegaskan, kematian Haniyeh akan mengungatkan ikatan mendalam antara Iran dan rakyat Palestina.
Kelompok perlawanan Palestina Hamas mengakui syahidnya pemimpin biro politik mereka Ismail Haniyeh. Haniyeh dikabarkan syahid dalam serangan di Teheran, Iran pada Rabu (31/8/2024).
“Saudara pemimpin, syahid, mujahid Ismail Haniyeh pemimpin gerakan tersebut, meninggal akibat serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran, setelah berpartisipasi dalam upacara pelantikan presiden baru Iran,” bunyi pernyataan resmi Hamas yang diterima Republika.