REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kelompok perjuangan Palestina, Hamas mengutuk penargetan Israel terhadap markas Hizbullah di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut, Selasa (30/7/2024). Hamas menyebutnya sebagai eskalasi berbahaya yang konsekuensinya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Tel Aviv.
Pernyataan ini muncul setelah Israel melancarkan serangan pada malam sebelumnya di benteng Hizbullah di Beirut. Israel mengklaim serangan itu ditujukan kepada seorang pemimpin militer senior dalam kelompok pejuang Lebanon tersebut.
“Kami sangat mengutuk agresi brutal Zionis terhadap Lebanon yang menargetkan fasilitas Hizbullah di pinggiran selatan Beirut, yang mengakibatkan kematian dan cedera beberapa warga sipil tak berdosa,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Kelompok itu menggambarkan serangan Israel tersebut sebagai eskalasi serius yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab pendudukan Zionis Nazi (Israel). Serangan tersebut dilaporkan terjadi di sekitar markas Dewan Shura Hizbullah di Haret Hreik, lapor media pemerintah NNA (National News Agency).
Kementerian Kesehatan negara tersebut mengatakan seorang wanita meninggal dan 68 lainnya terluka dalam serangan itu.
Tentara Israel mengonfirmasi serangan tersebut, dengan mengklaim mereka menargetkan seorang komandan Hizbullah yang dituding bertanggung jawab atas serangan rudal pada Sabtu (27/7/2024) di kota Druze Majdal Shams di daerah pendudukan Dataran Tinggi Golan.
Sementara Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan itu, kelompok Lebanon tersebut membantah tanggung jawab apa pun. Belum ada komentar dari Hizbullah atas serangan Israel tersebut.
Ketakutan akan pecahnya sebuah perang besar antara Israel dan Hizbullah semakin meningkat di tengah pertukaran serangan lintas batas antara kedua pihak.
Eskalasi ini terjadi di tengah latar belakang serangan mematikan Israel di Gaza yang telah menyebabkan lebih dari 39.300 orang gugur sejak Oktober lalu setelah serangan Hamas.