Rabu 31 Jul 2024 07:52 WIB

Membersihkan Karat Hati

Hati bisa berkarat akibat seringnya melakukan perbuatan maksiat.

Hati ilustrasi
Foto: trendycovers.com
Hati ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam diri manusia ada hati. Jika ia baik maka baik juga seluruh anggota tubuhnya, sebaliknya jika ia buruk maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya.

Hati yang baik akan bercahaya dan hati yang buruk akan tertutup noda hitam. Jika noda hitam ini tidak dibersihkan dengan segera, niscaya ia akan menutupi seluruh hati sampai hitam legam dan gelap hingga akhirnya mematikannya.

Baca Juga

Demikian yang Nabi Muhammad SAW sampaikan dalam hadisnya. “Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula jasad tersebut, dan sebaliknya apabila ia buruk maka jasad itu akan menjadi buruk pula. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah kalbu (hati)” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Noda hitam yang disebut menutupi hati, seperti dikatakan Rasulullah SAW, adalah dosa dan maksiat, baik itu kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Beliau mengistilahkannya sebagai ran (titik hitam).

Rasul SAW bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu dosa maka akan ada titik hitam di hatinya. Apabila ia meninggalkannya, meminta ampun dan bertobat kepada Allah, hatinya bersih kembali. Apabila ia kembali berdosa, titik hitam itu akan kembali lagi hingga menutupi hatinya. Itulah yang disebut ran” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Noda hitam itu membuat hati menjadi berkarat. Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faidh ar-Rahmani mengatakan, hati itu bisa berkarat. Namun, sebagaimana yang dinasihatkan Nabi SAW, jika pemiliknya merawatnya dengan baik maka hati itu akan bercahaya kembali.

Jika tidak dirawat, hati akan menjadi hitam kelam karena jauh dari nur (cahaya). Selain karena dosa, kata sang Syekh, hati menjadi hitam juga karena cinta dan rakusnya terhadap dunia, tanpa punya sikap wara'. Orang seperti ini akan terus-menerus mengumpulkan dunia tanpa pernah merasa puas, sampai melakukannya dengan cara yang diharamkan.

Untuk membersihkan hati yang berkarat ini, kata Syekh, setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan. Ia mengutip sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya hati itu bisa berkarat, dan sesungguhnya penggosoknya adalah membaca Alquran, mengingat mati, dan menghadiri majelis zikir.”

Tiap Muslim hendaknya berusaha untuk terus menjaga kebersihan hati.

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا

“Ya Allah karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya” (HR Muslim).

sumber : Hikmah Republika oleh Fajar Kurnianto
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement