Rabu 31 Jul 2024 07:13 WIB

Asas Bisnis Menurut Islam

Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam urusan bisnis.

ILUSTRASI Bisnis.
Foto: dok pxhere
ILUSTRASI Bisnis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam urusan bisnis. Seorang pebisnis hendaknya bekerja sesuai tuntunan agama. Dengan demikian, dirinya insya Allah akan memperoleh keberuntungan, baik di dunia maupun akhirat kelak.

Dalam berbisnis, seorang Muslim harus mengetahui dan mampu membedakan antara yang halal dan haram. Dia mesti menjauhi sikap yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Sebab, setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di Hari Kiamat. Begitu pula dengan persoalan harta, baik menyangkut sumber maupun distribusinya.

Baca Juga

Berikut ini sebagian dari asas-asas berbisnis menurut Islam, yang pada muaranya melahirkan maslahat universal.

Amanah

Allah berfirman dalam surah an-Nisa ayat 58, yang artinya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.” Lawan daripada amanah ialah khianat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sampaikan amanah kepada orang yang mempercayakan kepadamu, dan jangan kamu berkhianat (meskipun) kepada orang yang telah mengkhianatimu.”

Kemaslahatan di tengah masyarakat akan terwujud bila interaksi dan transaksi antarsesama manusia dilakukan dengan penuh amanah. Seorang pebisnis yang amanah akan lebih dipercaya mitra kerja dan pelanggannya. Dengan begitu, kesuksesan dan keberkahan insya Allah akan semakin mudah diraih. Sebelum diangkat sebagai utusan Allah, Rasulullah SAW sudah menjadi pedagang yang sukses. Sifat amanahnya begitu masyhur sampai-sampai beliau dijuluki al-Amin.

Kejujuran

Tidak mungkin berlaku amanah tanpa kejujuran. Bahkan, Nabi SAW menegaskan, seorang beriman haruslah bersikap jujur. Seorang sahabat bertanya, “Mungkinkah seorang Mukmin itu kikir?” Beliau menjawab, “Mungkin.” Kemudian, ditanya kembali, “Mungkinkah seorang Mukmin itu pembohong?” Jawabnya, “Tidak!”

Seorang pedagang tidak boleh mengurangi timbangan dan menyembunyikan kecacatan barang yang dijualnya. Karena pentingnya menjelaskan produk secara jujur, Rasulullah SAW menegaskan, kewajiban pedagang adalah menjelaskan aib barang dagangannya.

Para penipu tidak akan termasuk golongan yang dijanjikan Nabi SAW. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama para nabi, orang-orang yang jujur, dan syuhada.”

Saling rela

Dalam berbisnis, prinsip sukarela harus menjadi pegangan bersama. Bukanlah perdagangan bila dilakukan secara terpaksa. Pebisnis yang melakukan pemaksaan terhadap orang lain berarti telah melakukan kezaliman.

Kaum Mukminin dilarang memperoleh harta dengan cara-cara yang zalim. Allah Ta’ala berfirman dalam surah an-Nisa ayat 29, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.”

Semua perniagaan yang dicontohkan dalam Islam tidak mengandung unsur kezaliman. Tak ada penipuan, manipulasi, dan monopoli. Pedagang dilarang memanfaatkan keluguan dan ketidaktahuan pembeli.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement