REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dinilai sebagai pemimpin terburuk sepanjang sejarah Yahudi. Sebabnya, dia merupakan sosok yang paling bertanggung jawab di balik konflik kemanusiaan yang menelan puluhan ribu korban jiwa di Gaza yang terjadi sejak Oktober tahun lalu.
Hal tersebut disampaikan Anggota Kongres Amerika Serikat yang beragama Yahudi Jerrold Nadler, sebagaimana diberitakan Al Mayadeen pada Rabu (24/7/2024).
Anggota Senior Komite Kehakiman DPR dan anggota Yahudi paling senior ini mengeluarkan pernyataan panjang lebar pada hari Selasa (23/7/2024). Dia mengecam kinerja Netanyahu sebagai perdana menteri Israel yang dinilainya telah gagal.
Sinis dan upaya dapat dukungan kongres AS
Nadler menegaskan bahwa pidato Netanyahu di hadapan Kongres Amerika "tidak bertujuan untuk mempererat hubungan yang erat" antara AS dan "Israel", tetapi merupakan "aksi sinis."
Menurutnya, Netanyahu akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membantu "posisi politiknya yang putus asa di dalam negeri dan campur tangannya dalam politik domestik Amerika," tepat sebelum pemilihan presiden.
"Tidak ada keraguan dalam benak saya bahwa pidato besok seharusnya tidak terjadi," kata Nadler.
Memperkuat koalisi sayap kanan
Netanyahu memanfaatkan perang Israel – Palestina dalam risiko untuk mempertahankan koalisi sayap kanan. Nadler merujuk pada jajak pendapat yang menemukan bahwa 72% warga Israel berpendapat Netanyahu harus mengundurkan diri, menggarisbawahi tiga kasus hukum terpisah berupa penipuan, penyuapan, dan pelanggaran kepercayaan yang dihadapi perdana menteri Israel tersebut. Anggota kongres tersebut menuduh Netanyahu menjalankan agenda untuk "mengikis norma-norma demokrasi Israel," yang kemungkinan akan membatalkan kasus hukumnya.
Menyalahkan komandan militer
Nadler juga mengkritik Netanyahu atas peristiwa 7 Oktober dan upayanya untuk "menanam benih untuk menyalahkan pimpinan militer atas kegagalan 7 Oktober."
Lebih jauh lagi, anggota kongres Yahudi mengecam Netanyahu karena gagal mencapai kesepakatan yang akan menjamin pembebasan tawanan Israel yang ditahan di Gaza.
"Perdana Menteri membahayakan keamanan Israel, nyawa para sandera, dan stabilitas kawasan, hanya untuk menjaga stabilitas koalisi sayap kanannya," imbuh Nadler.
Dia menjelaskan tidak asing dengan pemikiran ekstremis, karena ia menyatakan dirinya sebagai "Zionis seumur hidup" dalam pernyataan yang sama. Ia juga "memberikan suara berkali-kali" dalam 32 tahun masa jabatannya di Kongres untuk mempersenjatai pasukan pendudukan Israel, yang ingin ia lanjutkan.
Pengaruh Netanyahu di Pilpres Amerika
Lihat halaman berikutnya >>>