REPUBLIKA.CO.ID, HODEIDAH -- Tentara Israel kembali berulah. Pada Sabtu (26/7/2024), tentara dari negeri penjajah tanah Palestina itu melalui udara, menyerang sasaran militer Houthi di wilayah pelabuhan Hodeidah di Yaman.
Akibat serangan itu, dilaporkan 80 orang menderita luka berat. Umumnya menderita luka bakar.
Untuk diketahui, Hodeidah merupakan kota di bagian barat Yaman. Dikutip Encyclopaedia Britannica, kota ini terletak di dataran pantai Tihāmah yang berbatasan dengan Laut Merah. Kota ini merupakan salah satu pelabuhan utama negara ini dan memiliki fasilitas modern.
Dalam sejarah peradaban Islam, kota ini pertama kali disebutkan pada tahun 1454/55 dan menjadi penting pada tahun 1520-an ketika Tihāmah Yaman direbut oleh Turki Utsmani . Pada abad-abad berikutnya kota ini menggantikan Mocha sebagai pelabuhan utama negara tersebut.
Di bawah kekuasaan Utsmani hingga tahun 1918, Hodeidah menjadi tempat pendaratan bagi upaya-upaya Utsmani berturut-turut untuk merebut kendali penuh atas Imamah Yaman dari para penguasa tradisionalnya (pendudukan Utsmani pertama, dimulai pada 1849; pendudukan kedua, 1872–1918). Selama perang Utsmani-Italia pada 1911-1912 kota ini dibombardir oleh kapal-kapal perang Italia yang berada di lepas pantai. Setelah Perang Dunia I, Inggris yang menang menyerahkan Hodeidah dan Tihāmah Yaman kepada para penguasa Idrīsī di Asir, di utara, tetapi wilayah tersebut direbut kembali oleh Yaman pada tahun 1925.
Pemberontakan yang dipicu oleh Yaman di Asir (yang saat itu merupakan bagian dari Arab Saudi ) pada tahun 1934 menyebabkan pendudukan Saudi di Hodeidah.
Perjanjian Al Taif tahun itu mengembalikan kota dan Tihāmah Yaman ke Yaman; Yaman, pada gilirannya, mengakui kepemilikan Arab Saudi atas Asir. Kota itu menjadi pusat pemerintahan semi-otonom di bawah salah satu putra imam (pemimpin) Yaman hingga proklamasi republik dan perang saudara berikutnya (1962–70).
Pada tahun 1970-an banyak bangunan modern juga telah dibangun. Saat ini, pelabuhan di Hodeidah menangani banyak impor dan ekspor Yaman.