REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari, Aqra bin Habis menjumpai amirul mukminin Umar bin Khattab. Ketika ditemui, ternyata sahabat Nabi Muhammad SAW berjulukan al-Faruq itu sedang bermain-main dengan anak-anaknya.
Mereka memanjat di atas tangan Umar dan naik ke pundaknya. Melihat itu, Aqra bin Hubais pun bertanya, "Apakah begini yang Tuan lakukan bersama anak-anak Tuan?"
Umar, "Ya, dan lalu bagaimana denganmu, wahai Aqra? Apakah engkau juga begini dengan anak-anakmu?"
Lelaki dari kabilah Bani Tamim ini pun menjawab, "Kalau saya pulang ke rumah, maka anak-anak yang duduk langsung berdiri. Yang sedang berbicara, dengan seketika terdiam. Yang tertidur, akan dibangunkan. Anak-anak saya ada 10 orang. Satu orang saja yang sering saya cium."
Umar pun menyahut, "Kalau begitu, engkau tidak pantas menjadi pemimpin kaum Muslimin."
Tidak lama kemudian, Aqra dibebaskan dari jabatannya sebagai gubernur. Sesudah itu, ia ditugaskan untuk membersamai Khalid bin Walid dalam berbagai usaha penaklukkan, seperti Perang Yamamah, Daumatul Jandal, dan pembebasan Kota Anbar di sebelah barat Irak.
Profil sahabat Nabi
Aqra bin Habis termasuk kelompok sahabat Nabi yang berislam lebih belakangan atau mu`allafat qulubuhum. Bagaimanapun, komitmennya pada Islam tidak perlu diragukan. Ia membersamai Rasulullah SAW dalam pertempuran Hunain dan pembebasan Thaif.
Aqra' bin Habis merupakan salah seorang figur terhormat di kalangan Arab sejak zaman Jahiliyah. Dirinya termasuk sosok yang paling didengarkan Bani Tamim.
Sewaktu menjadi utusan Bani Tamim, Aqra pernah mengunjungi Rasulullah SAW dan menyapa beliau dari balik kain penghalang--sebagaimana kebiasaan bangsawan Arab. Kemudian, ia berkata, "Wahai Muhammad! Sungguh pujianku keadamu adalah sebuah hiasan yang patut dibanggakan. Bila aku mencelamu, sungguh itu akan menjadi aib untukmu."
Segera setelah perilaku Aqra itu, wahyu pun turun, yakni surah al-Hujurat. Firman Allah tersebut menjadi teguran untuknya.
Ketika Ali bin Abi Thalib menyerahkan ghanimah dari penaklukkan Yaman kepada Rasulullah SAW, beliau kemudian membaginya menjadi empat. Adapun seperempatnya itu diberikan kepada Aqra'. Demikian pula sesudah Perang Hunain. Lelaki Bani Tamim ini memperoleh jatah ghanimah berupa 100 ekor unta dari Rasul SAW.