REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal merupakan seorang ulama terpenting dalam sejarah peradaban Islam. Dialah peletak dasar Mazhab Hambali, yang saat ini banyak diikuti Muslimin di Jazirah Arab.
Imam Hambali lahir di Salam, Baghdad, pada 164 H atau November 780 M—sumber lain mengatakan tempat lahirnya ialah Merv, Asia Tengah (sekarang Turkmenistan). Dalam usia relatif muda, ia sudah menekuni ilmu-ilmu agama. Di antara guru-gurunya adalah Imam Syafii.
Alkisah, Imam Hambali sedang sibuk mengajar di hadapan murid-muridnya dalam majelis. Tiba-tiba, datanglah serombongan utusan khalifah al-Mutawakkil. Mereka meminta sang imam agar segera bersiap untuk menemui sang khalifah langsung di istana.
"Ada apa?" tanya Imam Hambali.
"Seorang kerabat sang khalifah, yakni Jariyah tak henti-hentinya meracau. Amirul mukminin menduga, ia kerasukan jin," jawab seorang utusan.
Maka dari itu, lanjutnya, khalifah al-Mutawakkil memohon kepada Imam Hambali untuk memberikan solusi. Setidaknya, minta didoakan agar Jariyah lepas dari gangguan makhluk gaib tersebut.
Sesudah itu, sang fakih yang bernama asli Ahmad bin Hanbal tersebut mengangkat kedua tangannya, lalu berdoa. Usai bermunajat, Imam Hambali mengambil sepasang sandalnya dan berkata kepada para utusan itu.
“Bawalah sandal saya ke kediaman amirul mukminin dan taruhlah benda itu di sebelah kepala Jariyah. Kemudian, beri tahukan kepada sosok (jin) di dalamnya bahwa 'Ahmad bin Hanbal menyuruhmu untuk pergi,'” demikian tutur ulama besar dari abad kedua Hijriyah tersebut.
Usai menerima pesan itu, rombongan ini segera kembali ke istana. Di hadapan khalifah al-Mutawakkil, mereka pun menyampaikan pesan dari Imam Hambali sebagaimana adanya.
Menuruti anjuran sang imam, Khalifah lantas mengambil sandal pemberian tersebut dan menaruhnya di dekat kepala kerabatnya yang sedang kesurupan itu.
“Keluarlah dari tubuh saudaraku ini, atau aku akan memukulmu dengan sandal ini sampai 70 kali!” seru al-Mutawakkil.
Tiba-tiba, jin menjawab melalui lisan Jariyah, “Sungguh, aku mendengar dan patuh! Seandainya Ahmad bin Hanbal menyuruhku pergi dari Irak, aku pun pasti akan menuruti perintahnya!"
Jin itu meneruskan, "Sungguh, dia itu seorang hamba Allah yang taat kepada Tuhannya. Barangsiapa yang taat kepada Allah, maka kami (jin) akan takut kepadanya.”
Akhirnya, keluarlah jin tersebut dari tubuh Jariyah. Sang kerabat sultan kembali dalam sadar walafiat.