Selasa 02 Jul 2024 05:42 WIB

Kagetnya Sentot Alibasya Lihat Apa yang Dilakukan Kaum Paderi saat di Medan Perang

Sentot Alibasya dan Kaum Paderi awalnya saling memerangi.

Makam Sentot Alibasya di Bengkulu
Foto: Hafil / Republika
Makam Sentot Alibasya di Bengkulu

Sentot dengan pasukannya berangkat ke Minangkabau pada 1832, yaitu tiga tahun setelah dia menyerah kepada Belanda. Sesampainya di Tanah Minangkabau, dia terlibat perang sampai ke Matur, ke Lima Puluh Kota, bahkan sampai ke Air Bangis. Namun, suatu ketika dalam sebuah peperangan, dia sangat terkejut. Sebab, dia mendengar adzan di medan perang, bahkan lebih lantang daripada suara tentaranya sendiri.

Kaum Paderi dan pasukan Sentot sama-sama terkejut. Rupanya dalam pasukan tentara yang dikirim Belanda dari Jawa, ada pula orang bersurban, orang yang mengerjakan sholat khauf di medan perang, sama seperti yang dilakukan oleh pasukan Paderi.

Mereka juga sama-sama terkejut karena semuanya memakai jubah putih dan bersurban. Lama-lama, meski Belanda selalu mencegah hubungan Sentot dan kaum Paderi, hubungan Sentot dan kaum Paderi tak bisa terelakkan.

"Rupanya pakaian sama, hati sama, dan keimanan yang sama, serta cita-cita yang sama. Mengapa kita berperang?" tulis Buya Hamka.

Sentot yang saat itu masih berusia 27 tahun sangat terharu. Ia teringat kembali pada Pangeran Diponegoro yang telah diasingkan Belanda. Sentot pula yang turut mempercepat kekalahan Pangeran Diponegoro karena menyerah setelah diimingi-imingi konpensasi oleh Belanda berupa wilayah kekuasaan.

Timbul takanan batin yang sangat hebat dalam diri Sentot. Dia ingin memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat dan ingin berbuat sesuatu jasa yang besar untuk melawan penjajah Belanda.

Sementara itu, di kalangan kaum Paderi, muncul kesadaran bahwa mereka berperang dengan Kerajaan Minangkabau. Padahal, kedua-duanya bergama Islam. Selama ini mereka diadu domba oleh Belanda. Mereka yang akan habis, sementara Belanda yang akan mendapat untung.

"Bertemulah cita-cita Sentot dengan cita Paderi dan dengan cita Kerajaan Minangkabau," tulis Buya Hamka.

Hubungan Sentot dan kaum Paderi pun menjadi rapat. Bahkan, Tuanku Imam Bonjol pernah mengadakan pertemuan rahasia dengan Sentot.

Kemudian, diputuskan mufakat bahwa kaum Paderi dengan kaum Adat Minangkabau akan berdamai. Bahkan, Sultan Alam Muning Syah, Raja Minangkabau yang telah diberi pangkat regen oleh Belanda, mengangkat Sentot menjadi Yang Dipertuan Agung.

Sebab, Sentot memang merupakan keturunan raja. Dia pun alim dalam bidang agama. Senjata akan dihadapkan bersama-sama kepada Belanda. Surat Raja Minangkabau kepada raja-raja di pesisir dikirim untuk membangkitkan semangat melawan Belanda.

Namun, mata-mata Belanda akhirnya mengetahui maksud besar ini. Belanda pun mengambil tindakan sebelum terlambat

Raja Minangkabau Mining Syah yang bergelar Sultan Alam Bergagar Syah ditangkap dan dibuang ke Batavia. Belanda juga melumpuhkan pasukan Sentot. Ia kemudian diasingkan ke Bengkulu.

Bengkulu lah tempat peristirahatan terakhir Sentot. Tak jauh dari makamnya, ada sebuah bukit yang dinamakan Tapak Paderi.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement