Senin 01 Jul 2024 12:39 WIB

Alquran Sebut Dua Ciri Orang Munafik

Ada dua jenis orang munafik yang ciri-cirinya disebut dalam Alquran.

Alquran menyebut dua watak orang munafik (ilustrasi)
Foto: dok wiki
Alquran menyebut dua watak orang munafik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa Nabi Muhammad SAW, keberadaan kaum munafik bagaikan 'duri dalam daging.' Orang-orang yang bermuka dua ini menyulitkan syiar Islam. Walau demikian, mereka enggan secara terbuka dan langsung bermusuhan dengan kaum Muslimin.

Allah SWT menyinggung perihal kaum munafik dalam firman-Nya. Beberapa ayat Alquran menggambarkan adanya dua tipe orang munafik.

Baca Juga

Menurut Ahmad Fuad Effendy (wafat 2023) dalam buku Sudahkah Kita Mengenal Alquran? (2013), tipe yang pertama disinggung dalam surah al-Baqarah ayat 17-18. Terjemahan kedua ayat itu, "Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali."

Dalam firman-Nya itu, kaum munafik digambarkan pada mulanya bersedia merespons seruan Islam. Karena itu, mereka disebut "seperti orang-orang yang menyalakan api." Namun, respons itu demikian lemahnya, lalu diikuti keraguan. Sikap ragu-ragu itu berlanjut pada keengganan, dan akhirnya penolakan.

"Ketika banyak orang mengambil petunjuk dari cahaya Islam, mereka justru meninggalkannya. Maka Allah pun segera mencabut cahaya-Nya dari diri mereka, dan mereka kembali ke dalam kekufuran. Allah membuat mereka 'tuli, bisu dan buta' sehingga tak akan tahu jalan kebenaran," tutur Effendy.

Adapun tipe kedua digambarkan dalam Alquran surah al-Hajj ayat ke-11. Artinya: "Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi; maka jika dia memperoleh kebajikan, dia merasa puas, dan jika dia ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang. Dia rugi di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata."

Tipe kedua ini adalah orang-orang yang memeluk Islam, tetapi selalu berada dalam keraguan. Sebab, yang mereka cari bukanlah ridha Allah, melainkan kepentingan diri sendiri.

"Ketika umat Islam sedang menghadapi kesulitan dan tantangan, mereka menarik diri dan berada di luar barisan. Tapi ketika kemenangan datang, mereka merapat kembali, seolah-olah ikut berjasa dalam meraih kemenangan," ujar penulis yang juga anggota Dewan Pembina King Abdullah bin Abdul Aziz International Center Saudi Arabia.

"Mereka adalah kaum oportunis yang mengikuti ke mana arah angin, tidak punya pendirian," sambung dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement