REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW sedang bersama sejumlah sahabat. Tiba-tiba, datanglah seorang lelaki yang berpenampilan rapi, seolah-olah ia tidak merasakan teriknya matahari dan diterpa debu jalan. Kemudian, laki-laki misterius itu mendekati Rasulullah SAW dan duduk di hadapan beliau.
Kepada al-Musthafa, si lelaki bertanya tentang iman, Islam dan ihsan. Nabi SAW menjawab satu per satu pertanyaan itu. Uniknya, setiap Rasulullah SAW selesai berkata, laki-laki ini selalu membenarkan pernyataan, seolah-olah bahwa dirinya lebih mengetahui daripada beliau.
Kemudian, laki-laki ini juga bertanya perihal kiamat. "Beritahukan kepadaku kapan terjadinya kiamat!" katanya.
Rasulullah SAW menjawab, "Yang ditanya tidaklah lebih mengetahui daripada yang bertanya."
Dia pun bertanya lagi, "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!"
Nabi SAW menjawab, "Jika budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa), serta gembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi."
Sesudah itu, lelaki ini pergi. Sejurus kemudian, Rasulullah SAW menerangkan kepada para sahabat bahwa si penanya adalah Malaikat Jibril, yang menampakkan diri dalam wujud manusia. Itu dilakukannya untuk memberikan pelajaran kepada mereka tentang beberapa aspek ajaran agama Islam.
Sosok gembala kambing
Dalam hadis riwayat Imam Muslim itu, Rasulullah SAW menyebut bahwa salah satu tanda kiamat adalah munculnya para gembala kambing yang saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah nan menjulang tinggi. Siapakah kelompok yang dimaksud Nabi SAW ini?
Dalam hadis lain, yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Abbas, Rasullah SAW pernah menerangkan ciri-ciri para gembala itu. Mereka biasa tidak memakai sandal, dalam keadaan lapar dan miskin sebelum mampu berlomba-lomba mendirikan bangunan tinggi. Hal penting lainnya adalah, orang-orang ini berasal dari bangsa Arab.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani menjelaskan, makna berlomba-lomba meninggikan bangunan adalah setiap orang yang membangun rumah ingin rumahnya lebih tinggi daripada yang lainnya. Mungkin pula maknanya yaitu berbangga-bangga dengan memperhias dan memperindahnya, atau makna yang lebih umum dari itu.
Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam kitabnya berjudul Asyraathus Saa'ah, menjelaskan, banyak dari mereka yang tunduk pada dunia, dan berlomba-lomba mengumpulkan harta dan menggunakannya pada tempat yang tidak layak menurut pandangan agama.
Sampai orang-orang Arab badui dan atau yang lain dari kalangan orang-orang fakir dilapangkan untuk memperoleh harta benda duniawi. Kemudian, mereka mulai mendirikan bangunan bertingkat dan berlomba-lomba di dalamnya.
Hal itu merupakan salah satu tanda kiamat yang muncul dekat dengan masa kenabian. Setelah itu menyebar sehingga manusia berbangga-bangga membuat bangunan tinggi dan menghiasi rumahnya karena dunia dibentangkan kepada kaum Muslimin dan melimpahnya harta di genggaman mereka setelah banyaknya penaklukan.