Senin 24 Jun 2024 12:41 WIB

Nyatakan Secara Tegas Hamas Menang, Ini Laporan Utuh Media Amerika Serikat Foreign Affairs

Hamas adalah kelompok perlawanan terkuat di Gaza Palestina

Pejuang Hamas, ilustrasi. Hamas adalah kelompok perlawanan terkuat di Gaza Palestina

Sebagian besar pimpinan tertinggi Hamas di Gaza masih bertahan. Singkatnya, serangan Israel yang bergerak cepat pada musim gugur telah memberikan jalan bagi perang gesekan yang akan membuat Hamas memiliki kemampuan untuk menyerang warga sipil Israel bahkan jika IDF terus melanjutkan kampanyenya di Gaza selatan.

Kontra-pemberontakan yang gagal di masa lalu sering kali terpaku pada jumlah korban musuh. IDF sekarang terlibat dalam permainan yang sudah tidak asing lagi, yaitu whack-a-mole yang menghambat pasukan Amerika Serikat di Afghanistan selama bertahun-tahun.

Perhatian yang berlebihan terhadap jumlah korban cenderung mengacaukan keberhasilan taktis dan strategis dan mengabaikan ukuran-ukuran utama yang akan menunjukkan apakah kekuatan strategis lawan tumbuh bahkan ketika kerugian langsung kelompok itu meningkat.

Bagi kelompok teroris atau pemberontak, sumber kekuatan utama bukanlah ukuran jumlah pejuangnya saat ini, melainkan potensinya untuk mendapatkan pendukung dari masyarakat setempat di masa depan.

Sumber-sumber kekuatan

Kekuatan kelompok militan seperti Hamas tidak berasal dari faktor-faktor material yang biasa digunakan oleh para analis untuk menilai kekuatan sebuah negara-termasuk ukuran ekonomi mereka, kecanggihan teknologi militer, seberapa besar dukungan eksternal yang mereka nikmati, dan kekuatan sistem pendidikan mereka.

Sebaliknya, sumber kekuatan Hamas dan aktor-aktor militan non-negara lainnya yang biasa disebut oleh Barat sebagai kelompok "teroris" atau "pemberontak" adalah kemampuan untuk merekrut, terutama kemampuan mereka untuk menarik generasi baru dari para pejuang dan operator yang melakukan kampanye mematikan kelompok tersebut dan kemungkinan besar akan mati demi perjuangan mereka. Dan kemampuan untuk merekrut tersebut pada akhirnya berakar pada satu faktor: skala dan intensitas dukungan yang diperoleh sebuah kelompok dari komunitasnya.

Dukungan dari masyarakat memungkinkan kelompok ''teroris" untuk menambah jumlah anggota, mendapatkan sumber daya, menghindari deteksi, dan secara umum memiliki lebih banyak akses terhadap sumber daya manusia dan material yang diperlukan untuk memobilisasi dan mempertahankan kampanye kekerasan yang mematikan.

Sebagian besar ''teroris", termasuk kelompok-kelompok Islamis di Timur Tengah, adalah sukarelawan yang datang begitu saja, yang sering kali marah karena kehilangan anggota keluarga atau teman, atau secara umum marah karena penggunaan kekuatan militer yang besar oleh negara yang berkuasa.

Orang-orang ini sering mencari para perekrut yang identitasnya dapat diungkap oleh aparat keamanan jika bukan karena kesediaan anggota masyarakat untuk melindungi mereka. Kelompok teroris cenderung berperang dengan senjata yang dibuat dari bahan-bahan sipil atau dirampas dari pasukan keamanan negara, sering kali dengan informasi intelijen dan bantuan dari anggota masyarakat setempat.

Yang paling penting, dukungan dari sebuah komunitas diperlukan untuk menumbuhkan kultus kemartiran. Orang cenderung tidak mau menjadi sukarelawan untuk misi-misi berisiko tinggi jika pengorbanan mereka tidak diperhatikan.

Sebuah komunitas yang menghormati para pejuang yang gugur dari sebuah kelompok "teroris" akan membantu mempertahankan kelompok tersebut; kesyahidan melegitimasi tindakan teroris dan mendorong perekrutan anggota baru.

"Teroris" akan bertindak sesuai keinginan mereka, tetapi masyarakatlah yang pada akhirnya memutuskan apakah pengorbanan seorang individu diberi status yang tinggi atau apakah pengorbanan tersebut dipandang sebagai tindakan yang tidak rasional, kriminal, dan layak dihina.

Tidak mengherankan jika kelompok "teroris" sering berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat. Dengan menanamkan diri di lembaga-lembaga sosial, seperti sekolah, universitas, badan amal, dan jemaat keagamaan, kelompok teroris menjadi bagian dari struktur masyarakat, sehingga mereka dapat lebih mudah untuk mendapatkan lebih banyak anggota baru dan dukungan dari para non-kombatan.

Banyak kasus yang menunjukkan dinamika ini. Hizbullah berkembang dengan dukungan populer yang terus meningkat di kalangan Syiah selama pendudukan Israel di Lebanon selatan dari 1982 hingga 1999, berevolusi dari kelompok "teroris" klandestin kecil menjadi partai politik arus utama dengan sayap bersenjata yang terdiri dari sekitar 40 ribu pejuang saat ini.

Dukungan masyarakat yang kuat mendukung kampanye teroris yang berkepanjangan dari Macan Tamil di Sri Lanka, Shining Path di Peru, Partai Pekerja Kurdistan di Turki, Taliban di Afganistan, dan apa yang disebut Negara Islam (ISIS) serta al Qaeda di berbagai negara.

Kehilangan dukungan dari sebuah komunitas bisa sangat menghancurkan bagi kelompok teroris. Setelah pendudukan Amerika Serikat di Irak pada  2003, jumlah pejuang dalam pemberontakan Sunni meningkat dari 5.000 orang pada musim semi 2004 menjadi 20 ribu orang pada musim gugur 2004 dan 30 ribu orang pada Februari 2007, menurut perkiraan Amerik Serikat.

Semakin banyak orang yang dibunuh Amerika Serikat...

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement