Rabu 19 Jun 2024 04:51 WIB

Perkara Paling Dekat dan Paling Jauh

Imam al-Ghazali mengajarkan para muridnya ihwal hal paling dekat dan jauh.

Kompleks Baitullah di Makkah, Arab Saudi, dilihat dari jauh (ilustrasi).
Foto:

Imam al-Ghazali menyanggahnya. “Yang paling jauh dari diri manusia adalah waktu yang sudah berlalu,” kata sufi ini menjawab pertanyaan retorisnya itu.

Sebab, lanjut al-Ghazali, waktu tidak pernah berhenti hingga akhir masanya, yakni Hari Kiamat kelak. Jika berlalu, waktu tak pernah kembali. Satu menit yang sudah lewat pasti lebih-jauh daripada durasi seribu tahun yang akan datang.

Allah memerintahkan manusia agar menggunakan kesempatan hidup untuk beriman dan beramal saleh. Bagi setiap insan, waktu adalah modal yang sangat berharga sehingga harus dimanfaatkan secara sungguh-sungguh untuk melaksanakan perintah-Nya.

Tanda optimalnya waktu adalah bahwa setiap detik, menit, jam, dan hari bernilai ibadah. Ini dapat dilakukan di manapun, tidak harus masjid, melainkan juga antara lain rumah atau tempat mencari nafkah. Siapapun yang melalaikan waktu, maka baginya kelak adalah penyesalan tiada tara.

Ingatlah nasib Fir’aun yang mengejar-ngejar Nabi Musa AS dan Bani Israil hingga ke Laut Merah. Ketika air lautan sudah nyaris menenggelamkannya, raja Mesir itu akhirnya mengakui Keesaan Allah SWT. Betapa sia-sia ucapannya itu.

"Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam, ia berkata, ‘Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).’

Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan" (QS Yunus: 90-91).

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement