Sementara itu, para prajurit cadangan yang bakal dikirim bertempur di Gaza mulai mempertanyakan kebijakan pada pimpinan Israel. Terbunuhnya delapan tentara ISrael akibat diserang pejuang Palestina di Jalur Gaza jadi pukulan telak bagi Israel.
Serangan pada Sabtu dikonfirmasi oleh Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas. Mereka menyatakannya sebagai operasi gabungan terhadap kendaraan tentara penjajah, termasuk pengangkut pasukan Namer yang menembus lingkungan Tal Al-Sultan di Saudi, sebelah barat kota tersebut, Rafah.
Situs berita Walla Israel melaporkan bahwa selepas kabar terkait tewasnya delapan tentara, muncul kritik luas di kalangan perwira pasukan cadangan terhadap kepemimpinan politik Israel. Tujuan mengalahkan para pejuang Palestina kian kemari makin tak masuk akal dengan perlawanan pejuang Palestina yang masih menyala.
Walla menambahkan bahwa setelah operasi tersebut ada perasaan di antara petugas cadangan bahwa tidak ada tujuan yang jelas untuk banyak misi di Jalur Gaza. Mereka juga bahwa pola seluruh operasi Rafah berjalan di luar kendali. Para prajurit menilai operasi di Rafah berlarut-larut dan berjalan jauh lebih lama dari waktu yang dijanjikan.