Senin 17 Jun 2024 09:31 WIB

Kemuliaan Kurban Habil dan Sejuta Hasad tak Terbendung 

Kisah Habil dan Ibrahim merupakan inspirasi kurban Idul Adha.

Ilustrasi menyembelih hewan kurban.
Foto:

 

وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱبْنَىْ ءَادَمَ بِٱلْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ ٱلْءَاخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ

 

watlu ‘alaihim naba`abnai ādama bil-ḥaqq, iż qarrabā qurbānan fa tuqubbila min aḥadihimā wa lam yutaqabbal minal-ākhar, qāla la`aqtulannak, qāla innamā yataqabbalullāhu minal-muttaqīn

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa”. (al-Maidah: 27)

Kurban Habil diterima. Meski demikian, Qabil tidak menerima hasil sayembara kurban tersebut. Dengan berjuta hasad yang terpendam di hati, dia mengancam akan membunuh Habil.

Qabil berjalan di suatu daerah. Di situ dia menemukan tulang belulang, semacam tulang rahang. Diambillah barang tersebut untuk menjadi senjata membunuh saudaranya sendiri. 

Dia datangi Habil yang sedang terlelap tidur. Kemudian dia pukulkan tulang itu berkali-kali ke saudaranya hingga wafat. 

Ibadah kurban yang mulia, bentuk kesungguhan mendekati Allah, dinodai oleh berjuta hasad yang berujung menghilangkan nyawa tak berdosa. Hasad merupakan sifat tercela yang lahir dari cinta dunia, tamak, dan antisyukur. 

Pesan penting dari Nabi Muhammad:

اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ

”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud).

 

Sebesar apapun kebaikan dan kemuliaan yang dilakukan seseorang, tapi kalau dibarengi dengan hasad, maka kebaikan itu, sedikit demi sedikit akan terbakar hangus, hilang, bahkan memuncak jadi kejahatan serius seperti yang dialami Qabil si putra Adam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement