REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Aqsa Working Group (AWG) Nur Ikhwan Abadi menilai, sikap Israel melalui pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang memutuskan menyerang Rafah sudah di luar nalar. Tindakan itu dinilai biadab dan tidak bermoral.
"Tindakan barbar yang dilakukan oleh Israel sudah masuk bulan ketujuh ini, tidak akan bisa diterima oleh siapapun. Sungguh biadab," kata Nur Ikhwan saat dihubungi Republika, Jumat (3/5/2024).
Nur Ikhwan menyebut, pengungsi saat ini yang memenuhi Rafah lebih dari 1,5 juta jiwa. Sehingga tindakan yang dilakukan Zionis Israel dinilai sangat biadab, sebab mereka menyerang para pengungsi yang sedang tidak berdaya.
Sebagaimana diketahui, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji pada Selasa (30/4/2023), untuk meluncurkan serangan ke kota Rafah di Gaza selatan. Rafah menjadi tempat perlindungan bagi ratusan ribu orang Palestina dari perang selama hampir tujuh bulan.
Netanyahu telah menghadapi tekanan dari mitra pemerintahan nasionalisnya untuk tidak melanjutkan kesepakatan yang mungkin mencegah Israel menyerang Rafah, yang dikatakannya adalah benteng besar terakhir Hamas.
Pemerintahnya bisa terancam jika dia menyetujui kesepakatan karena anggota Kabinet garis keras telah menuntut serangan terhadap Rafah.
Tetapi dengan lebih dari setengah dari 2,3 juta orang Gaza berlindung di sana, komunitas internasional, termasuk sekutu utama Israel Amerika Serikat, telah memperingatkan Israel terhadap serangan apa pun yang membahayakan warga sipil.
Tidak jelas apakah komentar Netanyahu dimaksudkan untuk menenangkan mitra pemerintahannya atau apakah mereka akan memiliki pengaruh pada kesepakatan yang muncul dengan Hamas.