Kamis 18 Apr 2024 18:43 WIB

Tangguhnya Hizbullah Lebanon Lawan Israel dan Syahidnya Putra Sayed Hassan Nasrallah

Sayed Hasan Nasrallah memimpin Hizbullah Lebanon

Pemimpin Hizabullah, Sayyed Hassan Nasrallah, dikenal sebagai pemimpin pemberani.
Foto: Reuters
Pemimpin Hizabullah, Sayyed Hassan Nasrallah, dikenal sebagai pemimpin pemberani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sayed Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, dikenal sebagai petinggi Hizbullah Lebanon. Nasrallah adalah sosok politisi cerdas yang membimbing Hizbullah meraih puncak keberhasilan yaitu penarikan mundur Israel dari wilayah Lebanon selatan. 

Semuanya berawal pada 1992. Di usia 32 tahun, Nasrallah terpilih duduk di tampuk pimpinan Hizbullah menggantikan Abbas Mussawi yang terbunuh di Lebanon selatan oleh helikopter Israel. Saat itulah ia bertekad mengabdikan seluruh hidupnya untuk menggempur Israel.

Baca Juga

Bagi para pendukungnya, pemakai sorban dan kacamata bingkai hitam ini mampu menarik perhatian dengan kemampuan berbahasa Arabnya. Di tengah kerumunan massa, ia berusaha keras menembus ketatnya pengawalan para pasukan keamanan. 

Dengan senyum di wajahnya, Nasrallah tetap mencoba melakukan kontak personal. Berkat perhatian khusus itulah, pria kelahiran Quarantaine, pinggiran utara Beirut, ini mampu merebut hati ribuan pemuda Islam.

Masa muda Nasrallah pun tak jauh dari nuansa perjuangan. Pada 1976, Nasrallah muda pindah ke wilayah Lebanon selatan menyusul aksi pembersihan milisi Kristen terhadap wilayah kelompok syiah. Saat itu Nasrallah menjadi partisan gerakan Amal Syiah yang dibentuk oleh Mussa Sadr. Tetapi belakangan Sadr menghilang setelah melakukan kunjungan ke Libya pada 1978. 

Nasrallah sempat tinggal di Najaf, kota suci di Irak yang sempat menjadi pusat syiah sebelum Revolusi Islam Iran, selama tiga tahun. Di kota inilah, Nasrallah belajar dari Ayatullah Mohammad Baker el-Sadr. Tetapi pendiri partai Islam Ad-Dawaa ini terbunuh saat pemerintahan Saddam Hussein pada 1979.

Usai berguru, Nasrallah kembali ke Lebanon. Saat itu ia diangkat menjadi pejabat Amal di Lembah Bekaa dan berhasil pula masuk dalam jajaran keanggotaan resmi Amal. Namun Nasrallah memutuskan keluar dari Amal pada 1982. Pasalnya, ia menilai strategi gerakan Amal melawan pendudukan Israel terlalu lambat dan terkesan takut-takut.

Ayah lima anak, dua gadis dan tiga lelaki, ini turut membidani lahirnya Hizbullah atau Partai Allah dengan bantuan 3.000 Pasukan Revolusi dari Iran. Tak menunggu lama, ia langsung membentuk pasukan Hizbullah di Bekaa. 

Popularitas Nasrallah mencapai puncaknya sekitar satu setengah tahun lalu ketika ia berusaha keras menahan diri saat menghadapi syahidnya sang anak, Hadi (20 tahun), yang terbunuh di Israel.

Hizbullah dibentuk dengan sponsor Iran segera setelah invasi Israel ke Lebanon. Tujuannya, sebagaimana dinyatakan dalam surat terbuka pada 1985, di antaranya, jihad melawan Israel dan pembentukan negara Islam.

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement