Begitu juga umat Muslim di Belanda ketika terjadi krisis dan semakin sulitnya lapangan pekerjaan, lalu yang menjadi kambing hitam dari segala problematika sosial ekonomi dan politik itu adalah umat Muslim.
“Kemudian kita tahu munculnya islamofobia di mana-mana, pembakaran alquran, ketidak sukaan pada Islam karena Islam dekat dengan radikalisme dan vandalisme, jadi siapa aktor islamofobia ini?” ujar Andar.
Indonesia adalah penduduk dengan mayoritas beragama Islam, namun tidak lantas menjadikan Indonesia bebas dari dari dampak islamofobia. Hal ini dialami langsung oleh jamaat Ahmadiyah yang mendapatkan penolakan dari masyarakat.
Mubaligh Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Rakeeman RAM Jumaan, menuturkan, banyak masyarakat yang ketakutan dan menaruh kebencian terhadap jamaat Ahmadiyah. Salah satunya adalah yang imbasnya banyak anggota jamaat yang sampai saat ini masih berada di pengungsian, yang sudah hampir 18-20 tahun berada di lokasi transit di Nusa Tenggara Barat.
“Padahal mereka juga sangat ingin bisa hidup normal seperti saudara-saudaranya yang lain,” ujar Rakeeman.
Menurut Rakeeman, banyak orang yang tidak mengenal Ahmadiyah kemudian menuduh mereka ateis, tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai rasul, tidak mengaku Nabi Isa, tidak sholat, dan tidak puasa.
"Akar masalah teologis yang terjadi di sini akarnya ketidaktahuan terhadap jamaat Ahmadiyah. Sehingga mereka berprasangka buruk terhadap pengikut Ahmadiyah," ujarnya.