Senin 26 Feb 2024 17:11 WIB

Marak Kekerasan di Pesantren, RMI PBNU Minta Para Pengasuh Lakukan Ini

Dua kasus kekerasan di pesantren di Jawa Timur beberapa waktu lalu menyita perhatian.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi Kekerasan Anak di Pesantren (ilustrasi).
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kekerasan Anak di Pesantren (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU), KH Hodri Ariev prihatin atas banyaknya kekerasan di pesantren belakangan ini. Menurut Kiai Hodri, situasi ini harus menjadi perhatian serius bagi para pengasuh pesantren dan praktisi pendidikan pesantren tentang perubahan perilaku santri yang tidak mencerminkan akhlak mulia.

Dua kasus kekerasan di pesantren di Jawa Timur beberapa waktu lalu menyita perhatian publik. Di Malang, santri senior melakukan membully dan menyetrika juniornya. Sedangkan di Kediri, santri asal Banyuwangi meninggal di salah satu pondok pesantren yang diduga karena dianiaya.

Baca Juga

Kiai Hodri mengatakan para kiai dan praktisi pendidikan pesantren harus sungguh-sungguh mengenali perilaku santri. Dengan begitu gejala yang mengararah ke arah kekerasan bisa diidentifikasi sejak awal.

"Sehingga segera dilakukan pembinaan yang lebih intensif," ujar Kiai Hodri kepada Republika.co.id, Senin (26/2/2024).

Kiai Hodri menegaskan pesantren saat ini tidak bisa lagi menerapkan pembinaan akhlak dan pendidikan sepenuhnya seperti masa dahulu. Pasalnya, perkembangan teknologi yang semakin cepat dan mudah diakses dapat memengaruhi perilaku santri. Menurut Kiai Hodri santri saat ini mudah mengakses apapun dari media sosial.

Sementara media sosial dapat memberikan pengaruh buruk apabila tidak mampu mengontrolnya. Maka dari itu, kata kiai Hodri, pesantren juga harus masuk ke dalam isu yang berkembang di media sosial.

Kiai Hodri menambahkan isu lain yang perlu diperhatikan adalah mengenali latar belakang keluarga santri. Hal tersebut untuk digunakan sebagai sebagai dasar program pembinaan kepada para santri. 

"Pesantren sebaiknya punya psikolog yang bisa mendampingi pengurus, praktisi pendidikan, bahkan pengasuh, dalam mengenal kepribadian santri untuk kepentingan pendidikan," kata Kiai Hodri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement