Selasa 20 Feb 2024 20:13 WIB

Kasus Bully Binus School, MUI: Karakter Perlu Dibentuk

Kasus perundungan yang terbaru dialami oleh siswa Binus School Serpong.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis merespons maraknya aksi bullying di sekolah. Kasus perundungan yang terbaru dialami oleh siswa Binus School Serpong di Tangerang Selatan. 

Menurut Kiai Cholil, kasus bullying tersebut harus menjadi perhatian bersama, karena berbahaya terhadap pendidikan dan mental anak. Menurut dia, tidak menutut kemungkinan siswa yang menjadi korban bullying tersebut menjadi tidak konsentrasi dalam belajar dan mengalami ketakutan. 

Baca Juga

Tidak hanya itu, menurut Kiai Cholil, siswa yang menjadi korban bullying tersebut bisa juga melakukan aksi balas dendam ketika menjadi senior.

"Nah ini harus menjadi perhatian kita karena pendidikan kita ingin mencetak anak-anak itu yang baik untuk menyosong Indonesia Emas pada 2045 nanti," ujar Kiai Cholil saat ditemui usai melepas 20 Dai MUI ke NTT di Kantor MUI Pusat, Jakarta Pusat, Selasa (20/2/2024). 

Dia menjelaskan, pendidikan itu bukan hanya pengajaran tetapi pembentukan karakter. Karena itu, menurut dia, sekolah-sekolah harus melakukan penguatan terkait pembentukan karakter terhadap para siswanya. 

"Perlu dibentuk karakter anak itu yang penyayang, anak itu yang ramah, anak itu yang respek kepada yang lain. Jadi tidak hanya mengejar prestasi olimpiadenya, prestasi tentang nilainya. Apalagi sekarang pendidikan kita lebih banyak memberikan pendidikan merdeka itu sebenarnya adalah karakter Indonesia," ujar Kiai Cholil. 

Untuk mencegah terjadinya perundungan di sekolah, menurut dia, para pengelola juga tidak cukup hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual, tapi juga perlu dibentuk kecerdasan emosional siswa. 

"Syukur-syukur jika dibentuk kecerdasan spiritual juga, sehingga dia menjadi manusia seutuhnya, menjadi manusia yang berkarakter, manusia yang baik, manusia yang penuh kasih sayang dan manusia yang punya orientasi berbuat baik kepada orang banyak," kata Kiai Cholil. 

Jika semua itu dilakukan, Kiai Cholil yakin sekolah di Indonesia akan menjadi lembaga pendidikan yang akan mencetak SDM yang unggul. Karena, majunya sebuah negara itu bukan karena kaya alamnya tapi memang karena sumber daya manusianya yang unggul.

"Dan saya yakin itu terbentuk mulai dari pembentukan karakter di sekolah bukan hanya di perguruan tinggi. Oleh karena itu kejadian bullying seperti ini tolong diawasi oleh sekolah. Jangan sampai ada tempat-tempat yang itu memungkinkan anak-anak itu melakukan di luar kepantasan," jelas Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini. 

"Jadi sekolah harus dibikin yang steril dan jangan diberi ruang untuk anak-anak melakukan pelanggaran itu," ujar dia.

Tentu, kata dia, kasus bullying tersebut tidak bisa diselesaikan oleh pihak sekolah saja, tapi orang tua juga perlu terlibat. Karena, menurut dia, pada dasarnya dalam Islam itu, yang punya kewajiban untuk memberi pendidikan itu orang tua. 

"Pendidikan pertama juga adalah keluarga. Oleh karena itu jangan ini menjadi hanya beban di sekolah. Karena itu kejadian seperti ini harus menjadi perhatian di dalam keluarga masing-masing," ujar Kiai Cholil. 

Jika ada pelanggaran hukum, tambah dia, tentu bisa dilakukan dengan cara pendekatan hukum. Tapi, menurut Kiai Cholil, tindakan hukum itu juga tidak bisa menyelesaikan pendidikan anak. 

"Jadi yang paling penting adalah bagaimana pendidikan itu menjadi pendidikan yang ramah, pendidikan yang memberikan karakter dan tentunya adalah membina kepada yang lain," kata alumnus Ponpes Sidogiri Pasuruan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement