REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Lampung mengatakan bahwa program "Sekolah Melon" yang digelar tiga hari mulai 16-18 Februari 2024 oleh Himpunan Ekonomi Pesantren (Hebitren) merupakan langkah progresif menuju pemberdayaan ekonomi dan kemandirian pesantren.
"Program ini sangat strategis dan menjadi langkah positif dalam mendayagunakan potensi pesantren untuk adaptif pada perkembangan teknologi, khususnya teknologi pertanian," kata Kakanwil Kemenag Lampung Puji Raharjo, di Bandarlampung, Sabtu (17/2/2024).
Dia memberikan apresiasi kepada Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Provinsi Lampung yang telah berinisiasi menggelar "Sekolah Melon" berbasis "green house" kepada para santri.
"Program ini merupakan wujud integrasi teknologi pertanian modern ke dalam sistem pendidikan pesantren," kata dia.
Menurutnya, program ini tidak hanya tentang pembelajaran budi daya melon, namun lebih kepada bagaimana sekolah melon ini dapat menginspirasi dan mendorong pesantren untuk menjadi lmandiri secara ekonomi. Selain itu juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal melalui inovasi dan kreativitas.
Kementerian Agama Provinsi Lampung berharap program inspiratif ini mampu menjadi model untuk dikembangkan dan dilanjutkan di masa yang akan datang bukan hanya di Lampung tetapi juga di seluruh Indonesia.
“Program ini menunjukkan potensi sinergi antara nilai-nilai tradisional pesantren dan inovasi teknologi modern. Tentunya kami berharap pesantren di Lampung terus bergerak dan berpartisipasi aktif dalam pemberdayaan ekonomi umat, melalui pendekatan yang berkelanjutan di bidang teknologi yang ramah lingkungan,” kata Kakanwil Kemanag itu.
Puji optimistis dengan fokus pada pembangunan kapasitas, inovasi, dan kolaborasi, sekolah melon berbasis "green house" bisa menjadi langkah baru menuju masa depan yang berkelanjutan dan sejahtera bagi pesantren.
“Pesantren yang memang awalnya dilahirkan secara mandiri harus terus memperkuat kemandirian dengan inovasi dan adaptif pada perkembangan zaman,” harapnya.
Ketua Himpunan Ekonomi Pesantren (Hebitren) Lampung Hasan Errezha mengatakan bahwa jenis melon yang dikembangkan pihaknya adalah bernama melon sultan.
"Melon ini menurutnya memiliki kelebihan dari melon biasa karena memiliki ciri khas lain yakni kulit kuning keemasan, tekstur kulit cantik, dan daging buah yang segar dan menarik," kata dia.
Kemudian, melon ini juga memiliki tekstur daging buahnya pun lembut dan renyah serta yang terpenting rasa manis yang mengalahkan rasa melon-melon lainnya.
"Melon Sultan saat ini dibudidayakan di 14 'green house' menggunakan teknologi modern yakni 'internet of things (IoT)'. Selain sebagai wahana melatih kewirausahaan para santri di bidang pertanian, sekolah melon sekaligus budidaya melon sultan di 'green house' pesantren ini juga semakin mengukuhkan bahwa santri bukan hanya berkutat dengan kitab kuning, tetapi para santri juga memiliki daya saing tinggi di bidang ekonomi," kata dia.
Sekolah Melon berbasis green house yang digelar tiga hari mulai 16-18 Februari 2024 dilaksanakan di Bumi Satmakura Jalan Tirtayasa Campang Jaya Sukabumi, Bandarlampung, diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai pesantren se-Provinsi Lampung.
Dalam kurikulumnya Sekolah Melon berbasis green house mengedepankan pembelajaran teori dan praktik yang diharapkan dengan cepat diserap oleh para peserta.