Ahad 31 Dec 2023 14:21 WIB

Ketua MUI: Sebagai Muslim Jangan Terjebak Hura-Hura di Momen Tahun Baru

Refleksi perenungan muhasabah sesungguhnya bagi umat Islam harus dilakukan Muslim.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Petugas mengatur lalu lintas di dekat water screen yang sedang di uji coba untuk perayaan malam tahun baru di Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (30/12/2023). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar perayaan malam tahun baru 2024 di Bundaran HI pada Minggu (31/12), dengan menampilkan pertunjukan water screen, atraksi drone, dan video mapping. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.
Foto:

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hasyr Ayat 18)

"Maka refleksi perenungan muhasabah ini sesungguhnya bagi umat Islam harus dilakukan setiap waktu, bukan hanya pada pergantian tahun Islam saja atau pada tahun Masehi saja, tapi setiap waktu," ujar Kiai Zubaidi.

Kiai Zubaidi mengatakan berkenaan dengan pergantian tahun Masehi, apakah boleh umat Islam ikut melakukan muhasabah atau kegiatan lainnya. Tentu kalau pekerjaannya itu berupa muhasabah, maka boleh saja karena muhasabah boleh dilakukan kapan saja.

Menurut Kiai Zubaidi, oleh umat Islam di Indonesia tahun baru dipandang sebagai tradisi yang sudah melekat. Karena yang digunakan sehari-hari adalah kalender Masehi, jadi sudah kandung terlanjur. Maka, semua menjadikan momen tahun baru itu sebagai momen yang sangat berharga.

"Yang penting adalah pergantian tahun itu untuk muhasabah, apapun kegiatannya apakah zikir dan doa, apakah kegiatannya selamatan atau kumpul-kumpul silaturahmi dengan keluarga dan lain-lain, pada intinya harus ada muhasabah, kita ingin masa lalu dijadikan sebagai pelajaran untuk masa yang akan datang," jelas  Kiai Zubaidi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement