Kamis 21 Dec 2023 20:06 WIB

ILO: 66 Persen Pekerjaan Hilang di Gaza Sejak Perang 7 Oktober 

Serangan zionis Israel berdampak pada hilangnya lapangan kerja

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Asap mengepul setelah serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (9/12/2023). Serangan udara Israel yang membombardir wilayah Rafah mengakibatkan korban jiwa dan lingkungan rumah warga Palestina hancur.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Asap mengepul setelah serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (9/12/2023). Serangan udara Israel yang membombardir wilayah Rafah mengakibatkan korban jiwa dan lingkungan rumah warga Palestina hancur.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Organisasi Buruh Internasional (ILO) merilis pada Rabu (20/12/2023), bahwa sebanyak 66 persen pekerjaan telah hilang di Gaza sejak konflik Israel-Palestina meletus pada Oktober lalu.

Organisasi tersebut memperingatkan, kehilangan pekerjaan dapat terus meningkat di kantong yang terkepung itu, jika gencatan senjata tak kunjung terwujud.

Baca Juga

“Kerugian tersebut berjumlah total 192 ribu pekerjaan di wilayah kecil Palestina yang diduduki,” kata ILO dalam penilaian keduanya tentang dampak serangan darat dan udara Israel di Gaza. 

Bahkan sebelum perang dan pengetatan blokade ekonomi 16 tahun Israel di Jalur Gaza, sekitar setengah dari 2,3 juta orang di kantong pantai sempit hidup di bawah garis kemiskinan.

Dalam penilaian pertama yang dirilis pada awal November, ILO memperkirakan bahwa 182 ribu pekerjaan telah hilang di Gaza, sebuah angka yang mewakili lebih dari 60 persen pekerjaan. 

“Hari ini hampir tidak ada orang di Gaza yang bisa mendapatkan penghasilan dari pekerjaan," kata wakil direktur regional ILO untuk negara-negara Arab, Peter Rademaker.

“Ini jelas kurva yang masih berkembang," katanya lagi dilansir dari Middle East Monitor, Kamis (21/12/2023). "Itu bahkan mungkin menjadi lebih buruk,” tambahnya.

Pekerjaan juga hilang dalam skala besar di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana PBB telah mencatat peningkatan kekerasan terhadap Palestina sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober. Sampai kemarin, Israel telah membunuh 19.667 orang Palestina di Jalur Gaza sejak saat itu, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita. 

Hampir 53 ribu telah terluka, dan 8.000 dinyatakan hilang di bawah puing-puing infrastruktur sipil yang dihancurkan oleh negara apartheid. 

“Wilayah Palestina yang diduduki berada dalam cengkeraman bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata sumber Palestina dan PBB.

Baca juga: Ditanya Kristen Mengapa tak Lakukan Pembantaian di Yerusalem, Ini Jawaban Salahuddin

Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober melawan pangkalan militer dan permukiman Israel di sekitar Gaza, di mana 1.139 tentara dan warga sipil Israel meninggal. Banyak dari mereka meninggal akibat tembakan dari pasukan Pertahanan Israel sendiri.

Beberapa pihak percaya, bahwa serangan Hamas pada 7 Oktober lalu merupakan bentuk perlawanan mereka atas aksi-aksi kekerasan Israel selama 75 tahun lamanya yang didiamkan oleh negara-negara Barat.

Operasi itu sebagai tanggapan atas serangan harian Israel terhadap rakyat Palestina dan kesucian mereka, terutama Masjid Al-Aqsa di Yerusalem yang diduduki.

Sekitar 240 orang Israel ditangkap selama operasi, 110 di antaranya telah ditukar dengan beberapa dari ribuan orang Palestina yang ditahan oleh Israel.

 

Sumber:middleeastmonitor

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement