"Kami telah kembali ke Zaman Batu. Tidak ada keamanan, tidak ada makanan, tidak ada air, dan tidak ada kebersihan. Saya malu, saya merasa terhina,” kata Samar Shalhoub (18) pengungsi dari Kota Gaza.
Dia bertahan hidup di berbagai tempat penampungan darurat yang menurutnya penuh dengan kotoran. Menurut pejabat setempat, perang tersebut dipicu oleh serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober oleh militan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel.
Menurut jumlah korban terbaru oleh kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, pembalasan oleh militer Israel membuat sekitar 18 ribu warga Palestina gugur, sebagian besar warga sipil. Karena tidak bisa mendapatkan produk sanitasi, Shalhoub menggunakan kain lap saat haid sehingga menyebabkan lecet dan infeksi kulit.
Marie-Aure Perreaut Revial dari Doctors Without Borders (MSF) menyatakan permintaan pil kontrasepsi meningkat empat kali lipat karena perempuan berupaya mengontrol haid mereka. ActionAid mengatakan hanya ada sedikit air untuk mencuci. Beberapa tempat penampungan hanya memiliki satu pancuran untuk setiap 700 orang dan satu toilet untuk setiap 150 orang.
“Sama sekali tidak ada apa-apa, tidak ada privasi, tidak ada sabun untuk menjaga kebersihan, dan tidak ada perlengkapan haid,” kata LSM tersebut.
Di samping itu, Ahlam Abu Barika...