Rabu 06 Dec 2023 05:55 WIB

Sosok Hantu yang Ditakuti dan Jadi Target Utama Perburuan Zionis Israel  

Boudia dikenal sebagai revolusioner anti zionis Israel

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Mohammad Boudia (kanan) dan mantan perdana menteri Israel Golda Meir (kiri). Boudia dikenal sebagai revolusioner anti zionis Israel
Foto:

Setelah bergabung, Boudia keluar dengan julukan baru, "Abu Diya". Dia juga bergabung dengan Universitas Patrice Lumumba di Moskow Rusia untuk memperdalam pengetahuan militer dan teknisnya di institusi yang didirikan oleh badan intelijen Uni Soviet, KGB. 

Universitas itu didirikan untuk menyatukan elite sayap kiri di seluruh dunia, dan memanfaatkan mereka sebagai alat yang menerapkan ideologi dan kemauan Uni Soviet dalam perjuangan eksistensialnya melawan imperialisme Barat dan kapitalisme global serta mendukung gerakan pembebasan global. 

Boudia atau Abu Diya yang fasih dalam empat bahasa, menggunakan kekuatan magnetnya dalam menarik berbagai gerakan anti-imperialis untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dia memperluas jaringan dan menjalin hubungan dengan George Habash dan Yasser Arafat, pemimpin gerakan Fatah. 

Selama bertahun-tahun, Boudia menjalani dua kehidupan. Siang hari dia ke teater dan menjalani aktivitas budaya intelektual. Dan di malam hari, didedikasikan untuk perjuangan Palestina. Karena itu, Boudia tidak pernah menimbulkan kecurigaan saat dia pergi menuju kamp pelatihan bagi kaum revolusioner Palestina di Tepi Barat, untuk menentukan persiapan praktis.

Kemungkinan besar semua perjalanan itu dilakukan dengan identitas palsu, dan tujuannya adalah untuk menyiapkan serangan terhadap Israel dan negara-negara Barat di jantung wilayah pendudukan, dan jauh di dalam wilayah pedalaman Israel. 

Pada awal 1970-an, amukan Black September pecah di beberapa wilayah di dunia. Pada Agustus 1972, pipa yang menghubungkan Italia dan Austria dibom di wilayah Trieste, menghancurkan 250 ribu ton minyak, dan menimbulkan kerugian sebesar 2,5 miliar dollar, kemudian disusul dengan pembajakan dan penahanan sebuah pesawat Israel di Bandara Lod (saat ini Ben Gurion) sebelah barat Yerusalem, pada 8 Mei 1972.

Pada tanggal 31 Mei di bulan yang sama, bandara yang sama menyaksikan operasi lain, yang dilakukan oleh Sel Tentara Merah Jepang, yang dipimpin oleh tiga orang, yaitu Kozo Okamoto alias Ahmed, Soichi Okudaira alias Bassem, dan Yasuyuki Yasuda alias Sholah. Mereka melemparkan granat tangan ke pesawat Israel yang diparkir di bandara. 

Operasi-operasi ini dan pembajakan pesawat lainnya yang sering terjadi, memiliki ciri khas Black September. Operasi tersebut dilakukan untuk menuntut pembebasan tahanan Palestina, dan sebagai tanggapan terhadap serangkaian pembunuhan yang menargetkan para intelektual, aktivis, dan diplomat Palestina. Di antaranya penyair Ghassan Kanafani, politisi Kamal Adwan, dan Abu Mustafa al-Najjar. 

Kemudian Boudia mengambil alih tempat perlindungan, persembunyian, dan perjalanan komando Palestina yang dipimpin oleh Muhammad Daoud Odeh, yang dijuluki "Abu Daoud" dengan mobil Renault 16 miliknya. 

Di saat itulah, Perdana Menteri Israel Golda Meir ketika itu mulai bergerak. Dia memutuskan untuk mengaktifkan aparat keamanan di bawah pengawasan Mossad, yang bekerja di bawah perintah langsungnya. Israel mengeluarkan daftar nama-nama yang menjadi target. 

Baca juga: Baca Doa Ini Agar Allah SWT Limpahkan Rahmat dan Pertolongan-Nya

Di antaranya adalah Wadih Haddad, Pangeran Merah Abu Hassan Salama, Mahmoud Al-Hamshari, dan juga termasuk Muhammad Boudia. Boudia disebut oleh pemerintah Israel sebagai pria berjanggut biru, dan pria berwajah seratus. 

Boudia dikenal mahir dalam skenografi berdasarkan profesinya di teater, dan dia mempraktikkan seni penyamaran dan penyembunyian terus-menerus, karena dia berpindah tempat dari waktu ke waktu, dan memakai janggut palsu, yang mana tidak diragukan lagi memberinya julukan "Blue Beard". 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement