REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Seorang pejabat senior Hamas mengatakan pada Rabu (29/11/2023), mereka siap melepaskan semua tentara Israel yang ditawannya. Syaratnya, Israel pun melepaskan semua tahanan Palestina.
Pernyataan ini dikeluarkan di tengah negosiasi untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza. Pejabat Hamas dan mantan menteri kesehatan Gaza Bassem Naim mengatakan kelompok itu sedang melakukan negosiasi keras untuk memperpanjang gencatan senjata yang dijadwalkan berakhir Kamis pagi setelah jeda pertempuran selama enam hari.
“Kami siap membebaskan semua tentara sebagai imbalan atas semua tahanan kami,” kata Naim pada konferensi pers di Cape Town, saat berkunjung ke Afrika Selatan, dilansir dari Al Arabiya, Kamis (30/11/2023).
Hamas menahan sekitar 240 tawanan dari Israel selatan dalam serangan 7 Oktober, yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menurut para pejabat Israel menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Sebagai tanggapan, Israel telah berjanji untuk melenyapkan Hamas dan melancarkan kampanye udara dan darat yang menurut pemerintah Hamas telah menewaskan hampir 15 ribu orang, sebagian besar juga warga sipil. Sebanyak 60 sandera Israel dan 180 tahanan Palestina telah dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata demi kebahagiaan keluarga mereka.
Di antara para sandera yang masih ditahan oleh Hamas, adalah tentara yang dikecualikan dari perjanjian pertukaran. Hamas kemungkinan akan menggunakan hal itu sebagai alat tawar-menawar yang penting.
Pada 2011, lebih dari 1.000 warga Palestina ditukar dengan tentara Israel Gilad Shalit, yang telah ditawan oleh Hamas lima tahun sebelumnya. Kelompok aktivis mengatakan, ada lebih dari 7.000 warga Palestina di penjara-penjara Israel, banyak dari mereka jauh lebih menonjol dibandingkan anak-anak dan perempuan yang dibebaskan sejauh ini.
Hamas pada Oktober lalu, telah menuntut Israel untuk membebaskan semua tahanan Palestina, namun pada saat itu mereka menawarkan untuk melepaskan semua sandera sebagai imbalannya.
Usulan baru ini muncul ketika upaya intensif untuk memperpanjang penghentian permusuhan, dengan sumber yang dekat dengan kelompok militan tersebut mengatakan, Hamas bersedia memperpanjang gencatan senjata selama empat hari lagi dan membebaskan lebih banyak sandera Israel.
“Kami mencoba dengan para mediator untuk merundingkan gencatan senjata permanen,” kata Naim.
Sebelumnya tentara Israel mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki laporan sayap bersenjata Hamas bahwa seorang bayi berusia 10 bulan yang disandera, saudara laki-lakinya yang berusia empat tahun, dan ibu mereka semuanya tewas di Gaza.
“Kami telah mengonfirmasi dua hingga tiga minggu lalu bahwa 60 warga Israel tewas akibat pengeboman Israel dan masih berada di bawah reruntuhan. Wanita itu dan kedua anaknya termasuk di antara mereka, saya dapat memastikannya,” kata Naim.