Rabu 29 Nov 2023 18:35 WIB

Warga Palestina yang Ditangkap di Tepi Barat Sebanding dengan Tahanan Palestina yang Bebas

Israel dan Hamas melakukan pertukaran sandera dengan tahanan Palestina.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Mantan tahanan wanita Palestina Hanna Barghouti, yang dibebaskan oleh otoritas Israel, mengenakan ikat kepala Hamas saat dia diterima oleh para pendukungnya setibanya di kota Beitunia, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Foto: AP Photo/Nasser Nasser
Mantan tahanan wanita Palestina Hanna Barghouti, yang dibebaskan oleh otoritas Israel, mengenakan ikat kepala Hamas saat dia diterima oleh para pendukungnya setibanya di kota Beitunia, Tepi Barat, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Israel terus menangkap puluhan warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur di tengah pertukaran tahanan dengan Hamas. Dalam empat hari pertama gencatan senjata, Israel membebaskan 150 tahanan Palestina yang terdiri dari 117 anak-anak dan 33 wanita.

Sementara Hamas membebaskan 69 tawanan yang terdiri atas 51 warga Israel dan 18 warga negara asing. Selama empat hari yang sama, Israel menangkap setidaknya 133 warga Palestina dari Yerusalem Timur dan Tepi Barat.

Baca Juga

“Selama masih ada pendudukan, penangkapan tidak akan berhenti. Masyarakat harus memahami hal ini karena ini adalah kebijakan sentral pendudukan terhadap warga Palestina dan untuk membatasi segala bentuk perlawanan,” ujar juru bicara Masyarakat Tahanan Palestina, Amany Sarahneh, dilaporkan Aljazirah, Selasa (28/11/2023).

"Ini adalah praktik sehari-hari, tidak hanya terjadi setelah tanggal 7 Oktober. Kami sebenarnya memperkirakan lebih banyak orang akan ditangkap selama empat hari ini," kata Sarahneh.

Gencatan senjata yang dimediasi Qatar terjadi setelah 51 hari pengeboman Israel yang tanpa henti di Jalur Gaza. Pengeboman dimulai pada 7 Oktober ketika Hamas melancarkan serangan mengejutkan ke wilayah Israel. Israel mengklaim serangan Hamas telah menewaskan sekitar 1.200 orang. Israel telah membunuh lebih dari 15 ribu warga Palestina di Jalur Gaza sejak saat itu, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pada Senin (27/11/2023) gencatan senjata yang semula berlangsung selama empat hari diperpanjang menjadi dua hari lagi. Selama perpanjangan gencatan senjata, sebanyak 60 warga Palestina dan 20 tawanan diperkirakan akan dibebaskan.

Di bawah pendudukan militer Israel selama 56 tahun di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, pasukan Israel melakukan penggerebekan setiap malam ke rumah-rumah warga Palestina. Israel menangkap 15 hingga 20 orang pada hari-hari tenang.

Dalam dua pekan pertama setelah 7 Oktober, Israel menggandakan jumlah warga Palestina yang ditahan dari 5.200 orang menjadi lebih dari 10 ribu orang. Jumlah tersebut termasuk 4.000 pekerja asal Gaza yang bekerja di Israel dan ditahan sebelum kemudian dibebaskan kembali ke Gaza.

Pengacara tahanan Palestina dan kelompok pemantau telah mencatat 3.290 penangkapan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak 7 Oktober. Pada pertengahan November, Eyad Banat (35 tahun) ditangkap saat dia melakukan siaran langsung di TikTok. Tak lama kemudian, dia dibebaskan.

Sejak gencatan senjata dimulai, jalan-jalan di Ramallah dibanjiri oleh orang-orang yang menyambut para tahanan yang dibebaskan. Namun kekhawatiran para tahanan Palestina tidak berhenti setelah mereka dibebaskan. Mayoritas dari mereka yang dibebaskan biasanya ditangkap kembali oleh pasukan Israel dalam beberapa hari, pekan, bulan, dan tahun setelah pembebasan mereka.

Puluhan orang yang ditangkap dalam pertukaran tahanan Israel-Hamas pada 2011 ditangkap kembali dan dijatuhi hukuman. Sarahneh mengatakan, belum diketahui apakah Israel memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan menangkap kembali tahanan Palestina yang telah dibebaskan.

“Tidak ada jaminan dalam pendudukan. Orang-orang ini dapat ditangkap kembali kapan saja. Pendudukan selalu menangkap kembali orang-orang yang telah dibebaskan,” kata Sarahneh.

“Bukti terbesar bahwa orang-orang ini mungkin akan ditangkap kembali adalah bahwa mayoritas orang yang ditahan sekarang adalah tahanan yang telah dibebaskan,” ujar Sarahneh menambahkan.

Sejak 7 Oktober, kondisi warga Palestina yang ditangkap atau ditahan telah menurun.  Banyak di antara mereka yang mengeluhkan pemukulan yang parah, sementara enam tahanan Palestina meninggal dalam tahanan Israel. Banyak perempuan dan anak-anak yang dibebaskan selama gencatan senjata telah memberikan kesaksian mengenai pelecehan yang mereka alami di penjara-penjara Israel.

Beberapa video muncul dalam beberapa minggu terakhir yang menunjukkan tentara Israel memukuli, menginjak, menganiaya dan mempermalukan warga Palestina yang ditahan. Mata mereka ditutup, diborgol dan ditelanjangi baik sebagian atau seluruhnya. Banyak pengguna media sosial mengatakan, adegan tersebut mengingatkan dengan taktik penyiksaan yang dilakukan pasukan Amerika Serikat di penjara Abu Ghraib Irak pada 2003.

Selain pemukulan parah, otoritas penjara Israel menghentikan perawatan medis bagi tahanan Palestina setidaknya selama pekan pertama setelah 7 Oktober, termasuk bagi mereka yang dipukuli. Kunjungan keluarga serta kunjungan rutin pengacara dihentikan.

Para tahanan sebelumnya berhak mendapatkan waktu tiga hingga empat jam di luar sel mereka untuk berada halaman penjara. Namun kini waktu mereka untuk berada di halaman penjara dikurangi menjadi kurang dari satu jam.

Sel-sel yang penuh sesak sering kali menampung dua kali lipat jumlah tahanan yang seharusnya, dan banyak yang tidur di lantai tanpa kasur. Otoritas penjara Israel juga telah memutus aliran listrik dan air panas, melakukan penggeledahan sel, mencabut semua perangkat listrik termasuk televisi, radio, kompor dan ketel, serta menutup kantin, yang digunakan para tahanan untuk membeli makanan dan kebutuhan pokok seperti pasta gigi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement