Kamis 23 Nov 2023 05:30 WIB

Kisah Orang Yahudi Jadi Mualaf Setelah Menambah-Mengurangi Ayat Alquran

Lelaki Yahudi itu mengisahkan kisahnya mengapa bisa menjadi mualaf.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Lelaki Yahudi itu mengisahkan kisahnya mengapa bisa menjadi mualaf. Foto:  Islam-Yahudi/ilustrasi
Foto: news.yourolivebranch.org
Lelaki Yahudi itu mengisahkan kisahnya mengapa bisa menjadi mualaf. Foto: Islam-Yahudi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Yahya bin Aksam mengisahkan, sebelum menjadi khalifah, Al-Makmun mempunyai majelis diskusi. Suatu hari, seorang lelaki Yahudi yang berwajah tampan, beraroma tubuh yang wangi, dan berpakaian rapi memasuki majelis itu. 

Seorang Yahudi itu dengan retorika yang khas berbicara di majelis itu. Setelah acara berakhir dan orang-orang pun satu per satu meninggalkan majelis, Al-Makmun memanggil orang Yahudi itu.

Baca Juga

Al-Makmun berkata, "Pilihlah Islam dan jadilah seorang Muslim, sehingga aku dapat melakukan sesuatu untukmu." Lelaki Yahudi itu menjawab, "Agamaku adalah agama nenek-moyangku, janganlah kau memaksaku untuk meninggalkan agamaku ini." 

Setahun berlalu dari peristiwa di majelis itu, tiba-tiba lelaki Yahudi itu telah memeluk Islam menjadi seorang muslim. Dia kembali mendatangi majelis Al-Makmun. Orang Yahudi yang telah jadi Muslim itu berbicara tentang masalah-masalah fikih dengan baik sekali. 

Setelah acara, Al-Makmun memanggil dan berkata kepadanya, “Bukankah kamu sahabat kami yang setahun lalu pernah datang kemari dan kami pernah menawarkan Islam kepadamu?" Lelaki Yahudi itu menjawab, “Ya, benar."

Lelaki Yahudi itu mengisahkan kisahnya mengapa bisa memeluk agama Islam.

"Aku adalah seorang ahli menulis indah. Setahun lalu setelah keluar dari majelis ini, aku menyalin tiga lembar dari Kitab Taurat dengan tanganku sendiri. Aku mengurangi dan menambahi isi Kitab Taurat. Setelah itu, aku membawanya ke pasar untuk dijual, dan orang pun membelinya." 

"Pada kesempatan lain, aku melakukan hal yang sama terhadap Injil. Aku salin tiga lembar darinya dengan tanganku sendiri, mengurangi dan menambahi isinya. Setelah selesai, orang-orang pun membelinya dariku." 

"Kemudian, setelah melakukannya terhadap Injil, aku pun berniat melakukannya terhadap Alquran." 

"Seperti biasa, aku menyalin tiga lembar dari Alquran, lalu mengurangi dan menambahi isinya atau ayat-ayatnya. Setelah itu, aku bawa Alquran itu ke penjual kitab dan kutawarkan kepadanya."

"Akan tetapi, sebelum membelinya, terlebih dahulu dia membuka lembar demi lembar Alquran yang kutawarkan itu, dan dia betul-betul memperhatikan isinya. Setelah sampai kepada lembaran-lembaran yang kutulis, tampaklah kejanggalan di matanya, dan dia paham bahwa pada tiga lembaran itu telah terjadi penambahan dan pengurangan ayat Alquran. Tiba-tiba tanpa pikir panjang, dia lemparkan lembaran Alquran ke wajahku."

 

"Setelah peristiwa itu, aku menjadi yakin bahwa Alquran adalah kitab suci yang terjaga. Tidak mungkin Alquran dikuasai oleh tangan-tangan jahil. Maka berawal dari sana, aku pun memilih Islam sebagai agama baruku." Dilansir dari buku 40 Kisah Keagungan Alquran karya Musthafa Muhammadi (Ahwazi) yang diterjemahkan Yusuf Anas diterbitkan Oorina, 2008.

Allah SWT berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

Innā naḥnu nazzalnaż-żikra wa innā lahụ laḥāfiẓụn

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Surat Al-Hijr Ayat 9)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement