Sabtu 18 Nov 2023 11:28 WIB

40 Pasien di RS Al-Shifa di Gaza Meninggal Akibat Padamnya Listrik

Sejak Sabtu pekan lalu, RS Al-Shifa tidak lagi memilik stok BBM untuk generator.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Foto ini yang dirilis oleh Dr. Marawan Abu Saada menunjukkan bayi -bayi Palestina yang lahir sebelum waktunya di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza pada hari Minggu, 12 November 2023.
Foto: Dr. Marawan Abu Saada via AP
Foto ini yang dirilis oleh Dr. Marawan Abu Saada menunjukkan bayi -bayi Palestina yang lahir sebelum waktunya di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza pada hari Minggu, 12 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Sebanyak 40 pasien, termasuk empat bayi prematur, yang dirawat di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza meninggal sejak pasukan Israel memborbardir dan mengepung fasilitas medis tersebut. Tindakan Israel ini membuat RS tersebut tak lagi memiliki suplai listrik yang mengakibatkan peralatan-peralatan medis berhenti berfungsi.

“Dalam 48 jam terakhir ada 24 pasien yang meninggal karena peralatan medis penting berhenti berfungsi akibat pemadaman listrik,” ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al-Qudra, Jumat (17/11/2023), dikutip laman Alarabiya.

Baca Juga

Pada Sabtu (11/11/2023) pekan lalu, RS Al-Shifa mengumumkan bahwa mereka tak lagi memiliki stok bahan bakar untuk mengoperasikan generator pembangkit listrik. Sejak memulai agresinya ke Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Israel tak mengizinkan adanya pengiriman bahan bakar ke wilayah tersebut. Pada saat bersamaan, Israel turut memotong aliran listrik ke Gaza.

Ketiadaan bahan bakar dan aliran listrik telah membuat nyaris seluruh RS di Gaza berhenti beroperasi, termasuk RS Indonesia yang berada di Bait Lahiya. Khusus Al-Shifa, kondisi di RS tersebut lebih mencekam karena pasukan dan armada tank

Israel melakukan penyerbuan pada Rabu (15/11/2023) lalu. Israel mengklaim bahwa Hamas membangun markas komando di bawah bangunan RS Al-Shifa.

Namun hingga kini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) gagal menunjukkan bukti terkait klaimnya. IDF sempat merilis video berdurasi hampir tujuh menit di akun X (Twitter) resminya pada Kamis (16/11/2023) lalu.

Video itu memperlihatkan juru bicara IDF, yakni Jonathan Conricus, saat memeriksa gedung Magnetic Resonance Imaging (MRI) RS Al-Shifa. Namun dalam video tersebut tidak ditunjukkan lokasi markas komando bawah tanah Hamas seperti yang dituduhkan IDF.

Jonathan Conricus hanya memperlihatkan penemuan beberapa tas dari beberapa ruangan. Tas tersebut berisi senjata AK-47, amunisi, granat, dan seragam. Conricus mengklaim bahwa tas tersebut milik anggota Hamas. Dalam video itu, Conricus turut menunjukkan penemuan sebuah laptop dan sejumlah piringan keras yang diklaimnya milik Hamas.

Pada kolom komentar unggahan video tersebut, warganet mempertanyakan di mana terowongan dan markas komando Hamas yang diklaim IDF berada di bawah RS Al-Shifa. “Bertanya lagi, di mana markas Hamas?” tulis akun bernama @YoursMemely.

Sementara itu akun @KingxGwap mencemooh video IDF. “Dan tidak ada terowongan haha. Saya pikir kalian punya bukti tak terbantahkan yang juga kalian tunjukkan kepada @Potus (akun X presiden Amerika Serikat)? Apa yang terjadi?” tulisnya.

Akun @LepickyOfficial turut mempertanyakan hal serupa. “Di mana terowongan itu? Di mana roket-roket itu? Di mana pejuang-pejuang Hamas?” katanya.

Tak sedikit pula warganet yang menuding video IDF sebagai propaganda. Hal itu karena IDF sempat menghapus video pertama yang mereka unggah dengan durasi lebih dari tujuh menit.

Sementara video kedua atau yang saat ini tayang pada lini masa mereka, berdurasi 06:59 detik. “Mengapa Anda menghapus video pertama?” tulis aktivis politik asal Amerika Serikat (AS), Jackson Hinkle, menanggapi unggahan video IDF, seraya menyertakan tangkapan layar yang menunjukkan bukti bahwa IDF telah menghapus video pertamanya.

Akun bernama @TheShopEth turut mempertanyakan hal serupa. “Mengapa kalian menghapus kemudian mengunggah videonya lagi? Apakah melakukan beberapa pengeditan?” katanya.

Pada unggahan video terbarunya yang berdurasi 06:59 detik, IDF menulis takarir “tanpa potongan, tanpa edit”. Namun seorang warganet dengan nama @YomnaElbanota secara jeli menemukan bahwa IDF melakukan pengeditan pada videonya.

@YomnaElbanota pun mengunggah penemuannya dalam video gerak lambat. IDF tepergok mengedit videonya pada durasi 06:25. Momen pengeditan dilakukan ketika Juru Bicara IDF Jonathan Conricus sedang berjalan menuju pintu untuk keluar dan berpindah ke ruang berikutnya.

Namun sebelum Conricus melintasi pintu, video tiba-tiba melompat ketika Conricus sudah melewati pintu. “Apa yang coba kalian sembunyikan? Cukup dengan kebohongan-kebohongan!!” tulis @YomnaElbanota saat mengunggah video gerak lambat yang menunjukkan IDF melakukan pengeditan pada videonya.

Sebelum video unggahan pertamanya dihapus, warganet berhasil merekam ulang momen ketika Jonathan Conricus menunjukkan sebuah laptop yang diklaimnya milik anggota Hamas. Dalam video yang dihapus IDF, layar laptop belum diburamkan.

Pada layar laptop tampak wajah seorang perempuan mengenakan seragam seperti milik IDF. “Jadi kalian lupa memburamkan laptopnya di unggahan (video) pertama, karena unggahan itu membongkar laptop tersebut milik IDF?” tulis akun bernama @AryJeay.

 

IDF tak merespons satu pun komentar warganet yang mempertanyakan mengapa mereka menghapus video pertama yang diunggah. IDF pun tidak menanggapi penemuan bahwa mereka melakukan pengeditan pada videonya. Terkait foto wajah personel perempuan IDF yang tampak pada layar laptop yang diklaim milik Hamas, IDF pun bungkam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement