REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dahulu, Indonesia memiliki seorang alim yang cemerlang. Dia pandai menggubah syair yang diakui oleh Sayid Muhammad bin Alawi al Maliki (1944-2004) dan banyak ulama asal Timur Tengah. Sosoknya tawadhu dan disegani. Namanya Habib Hasan bin Muhammad bin Ali Baharun (1915-2010).
Semasa hidup, dia banyak berkhidmah dalam dunia pendidikan di Al Khairiyah Bondowoso Jawa Timur. Juga mengajar di sejumlah pesantren terkemuka. Berikut ini adalah ceramahnya yang Republika transkripkan:
Rasulullah memiliki sahabat terdekat yakni Hudzaifah bin Yaman. Satu ketiak di saat sahabat nabi bertanya tentang kebaikan, Hudzaifah bertanya mengenai hal yang berbeda.
Dia bertanya mengenai kejelekan, karena khawatir satu ketika dia akan tergelincir dalam keburukan itu jika tidak waspada. Hadits ini pun diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Dahulu manusia mereka bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan aku bertanya kepada Beliau tentang kejelekan karena aku takut kejelekan tersebut menemui diriku. Aku bertanya kepada Rasulullah, wahai Rasulullah dahulu kami berada di dalam jahiliyah dan juga kejelekan kemudian akhirnya Allah datang kepada kami dengan kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini ada kejelekan lagi?, Beliau mengatakan iya ada kejelekan, apakah setelah kejelekan ini setelah fitnah ini akan ada kebaikan lagi?
Beliau mengatakan ya ada kebaikan lagi, tetapi di sana ada kotorannya. Hudzaifah bertanya lagi kepada Nabi apakah kotoran tersebut yang menyelinap, menyelip di dalam kebaikan tadi?, Beliau mengatakan yang menjadikan, yang mengotori kebaikan tadi adalah sebuah kaum yang mereka tidak melakukan sunnah Nabi, mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk Nabi, mengamalkan bukan dengan amalan Nabi dan mengambil petunjuk bukan dengan petunjuk Nabi.
Engkau mengenal dari mereka dan engkau mengingkari. Setelahnya aku mengatakan apakah setelah kebaikan tadi kemudian datang lagi kejelekan? maka Nabi mengatakan ya.
Lihat halaman berikutnya >>>