Kamis 16 Nov 2023 05:55 WIB

Terdampar di Rafah dan Obrolan Malam di Balik Berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza adalah hadiah dari masyarakat Indonesia

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Kondisi Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Rabu (1/11/2023). Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza adalah hadiah dari masyarakat Indonesia untuk rakyat Palestina.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak kesaksian dari pihak Gaza dan Israel tentang keajaiban-keajaiban yang muncul saat perang berkecamuk di Gaza, Palestina pada  2008-2009. 

Mulai dari kemunculan pasukan misterius bergamis putih yang membantu pejuang Gaza, bantuan burung merpati, awan berkabut, badai dan fenomena-fenomena alam lainnya yang membantu pejuang Gaza.   

Baca Juga

Termasuk bantuan dan simpati dari dunia Internasional untuk rakyat Gaza, Palestina. Salah satu di antaranya adalah bantuan rakyat Indonesia yang dibawa Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) untuk saudara-saudara di Gaza.

Awalnya tim relawan MER-C akan memberikan bantuan obat-obatan, pangan dan bantuan medis yang diperlukan di pusat-pusat kesehatan yang ada di dalam Gaza. Maka yang berangkat adalah tiga orang dokter dan dua orang lain yang mempersiapkan keperluan logistik. 

Farid Thalib yang sekarang jadi salah satu Presidium MER-C mengenang saat perang 2008-2009 di Gaza. Rombongan relawan sudah dua pekan terpaku di perbatasan Rafah (Mesir dan Gaza, Palestina) tanpa kejelasan kabar kapan pintu perbatasan akan dibuka. Setiap hari mereka mendengar dan menyaksikan saudara-saudara mereka di Gaza menghadapi serangan Israel.

Jarak relawan MER-C berdiri dengan titik lokasi penyerangan Israel memang tidak jauh, hanya sekitar 2 km sampai 3 km saja jaraknya.

Dari jarak dekat, Farid Thalib menyaksikan sendiri dengan matanya betapa rakyat Gaza berperang sendirian di dalam sana melawan penjajah Israel. Tidak ada bantuan dan tidak ada pertolongan.

"Kami yang melihat peperangan terjadi, muncul berbagai perasaan mulai dari takut di awal-awal kedatangan, kemudian bergelora ingin ikut membantu dan membela sampai dengan kebingungan karena tidak tahu harus dan bisa berbuat apa di perbatasan yang tertutup rapat untuk para relawan," kata Farid Thalib.

Dikisahkan dalam buku Menghimpun Kebesaran Allah, Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang diterbitkan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), 2023. Farid Thalib mengungkapkan, seandainya saat itu mereka bisa melemparkan batu yang ada di dalam genggaman, mereka akan melakukannya. Melempar sejadi-jadinya sejauh-jauhnya saking bergejolaknya perasaan di dalam dada menyaksikan peperangan.

Bolak-balik Rafah-Kairo dan Kairo-Rafah telah mereka lakukan entah berapa kali mencoba merayu, melobi dan meminta agar relawan-relawan medis bisa masuk ke Gaza untuk membantu. Tetapi tidak kunjung ada jalan.

Pada suatu malam, Farid Thalib mengenang perbincangan dirinya dengan almarhum Joserizal Jurnalis (pendiri MER-C) di salah satu wisma mungkin perpustakaan di Kedutaan Besar Indonesia di Kairo, Mesir.

Baca juga: Zionis Israel akan Hancur Binasa 3 Tahun Lagi? Prediksi Syekh Ahmad Yasin Kembali Viral

Mereka berdua rebahan di karpet ruangan membicarakan tentang Palestina, kekejaman Israel dan ketidakberdayaan dunia. "Kita tidak boleh diam saja pak Farid," kata Joserizal. 

"Kita tidak diam Dok, buktinya kita sudah sampai di sini berarti kita tidak diam," kata Farid Thalib sambil keduanya menatap langit-langit ruangan. "Kita harus berbuat sesuatu pak Farid," ujar Joserizal dalam kalimat dan kata yang lain. "Insya Allah kita sedang dan akan melakukan Dok," Farid Thalib menjawab sekenanya.

Kemudian Joserizal mengatakan ide yang berkecamuk dalam pikirannya, "Apakah kita bisa membangun rumah sakit untuk saudara-saudara kita di Gaza?" "Insya Allah pasti bisa kalau ada uangnya," jawab Farid Thalib.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement