REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan para pemimpin dan pemuka agama dunia dalam agenda Global Faith Summit on Climate Action di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, menghasilkan Deklarasi Abu Dhabi tentang Perubahan Iklim.
"Kita semua mempunyai tugas suci untuk melindungi planet bumi dan penghuninya, menjadikan pertemuan puncak ini sebagai contoh kerja keras yang harus kita lakukan," ujar Menteri Toleransi dan Koeksistensi UEA Syeikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Deklarasi Abu Dhabi tentang Perubahan Iklim ditandatangani 28 pemimpin dan tokoh yang mewakili 18 agama berbeda. Deklarasi ini mendesak pejabat pemerintah dan para pemimpin untuk segera merespons dengan melakukan transisi cepat menuju energi berkelanjutan untuk memastikan keadilan iklim.
Seruan ini juga mendorong para pemimpin dunia usaha dan pembuat kebijakan untuk melakukan transisi yang cepat dan adil menuju sumber energi ramah lingkungan, meningkatkan layanan yang bertujuan mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia, terutama pada komunitas yang rentan.
Nahyan menyatakan komitmen para pemimpin agama untuk melindungi planet bumi menginspirasi dan memberinya harapan dan keyakinan. Dia mengatakan COP28 akan menyatukan dunia untuk mencapai tujuan bersama, yakni mengurangi pemanasan global ke tingkat pra-industri dan pada gilirannya berkontribusi pada realisasi tujuan iklim Perjanjian Paris.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf yang menjadi salah satu perwakilan tokoh agama di Indonesia menyatakan agar masalah kemanusiaan, koeksistensi, perdamaian, dan menjaga lingkungan hidup, menjadi agenda strategis bersama.
"Menjaga lingkungan, melestarikan bumi sebagai rumah besar umat manusia adalah kewajiban besar yang harus diemban dan dijalankan oleh seluruh umat beragama," kata Gus Yahya.
Pertemuan puncak pemimpin dan pemuka agama dunia berlangsung pada 6-7 November 2023. Konferensi internasional ini berlangsung di bawah pembinaan Presiden Uni Emirat Arab Syeikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan.
Gelaran tersebut dihadiri oleh Presiden Conference of the Parties (COP) 28, Sultan Ahmed Al Jaber, Wakil Al-Azhar yang mewakili Grand Syek Al-Azhar Mohamed Al-Duwaini, serta Sekretaris Negara Tahta Suci mewakili Paus Fransiskus Kardinal Pietro Parolin.
Hadir pula, Sekretaris Jenderal Majelis Hukama Muslimin Konselor Mohammed Abdelsalam, serta berbagai pemimpin agama, akademisi, masyarakat adat, dan pakar lingkungan hidup dari seluruh dunia.