REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON – Dampak dari konflik yang terjadi antara pejuang Palestina Hamas dan zionis Israel tidak hanya dirasakan masyarakat setempat. Secara global, hal ini juga meningkatkan ketegangan di beberapa wilayah.
Baru-baru ini, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) merilis laporan yang menunjukkan bahwa mereka menerima gelombang keluhan terbesar, mengenai insiden bias sejak serangan Hamas terhadap Israel.
Dalam sebuah pernyataan, CAIR mengatakan dalam mereka setidaknya menerima 774 pengaduan sejak 7 Oktober, awal konflik dimulai. Termasuk di dalamnya adalah laporan insiden bias.
Mereka juga menambahkan bahwa ini adalah gelombang pengaduan terbesar yang pernah mereka lihat sejak Desember 2015, ketika Donald Trump menyerukan larangan bagi umat Islam memasuki Amerika Serikat.
"Kami yakin angka tersebut kemungkinan tidak mewakili semua kasus secara nasional," kata mereka dalam pernyataan tersebut, dikutip di //Anadolu Agency//, Kamis (26/10/2023).
Direktur Penelitian dan Advokasi CAIR, Corey Saylor ,mengatakan, siapa pun yang mempunyai hati nurani harus sangat prihatin dengan peningkatan keluhan yang tiba-tiba ini. Hal tersebut terjadi di tengah maraknya kefanatikan anti-Muslim dan rasisme anti-Palestina.
“Pejabat publik harus melakukan segala daya mereka untuk menjaga agar gelombang kebencian yang melanda negara ini tidak lepas kendali," ujar Saylor.
Upaya yang dimaksud, lanjut dia, termasuk mengakhiri kekerasan yang mengerikan di luar negeri (Palestina), sebelum membahayakan lebih banyak orang yang tidak bersalah di wilayah tersebut dan di Amerika Serikat secara keseluruhan.
Untuk diketahui, sepekan setelah dimulainya perang Israel-Hamas, seorang anak laki-laki berusia enam tahun di Amerika Serikat dibunuh tetangganya sendiri.
Menurut pihak berwenang, hal ini merupakan kejahatan rasial yang ditargetkan, sebagai reaksi terhadap konflik tersebut.
Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini
Kondisi tersebut lantas membuat banyak Muslim dan Arab Amerika khawatir akan konflik ini. Mereka resah, apa yang terjadi di Timur Tengah dapat memicu peningkatan kejahatan rasial terhadap mereka.
Bocah bernama Wadea Al-Fayoume ini terbunuh dengan cara ditikam sebanyak 26 kali. Bukan hanya dia, ibunya yang berusia 32 tahun bernama Hanaan Shahin, juga ditikam lebih dari belasan kali di dalam rumah mereka di wilayah Chicago. Keduanya adalah orang Amerika keturunan Palestina.
Tidak hanya itu, sejumlah berita tentang tindakan diskriminatif dan bias terhadap Muslim pun bermunculan dari berbagai lokasi di dunia. Ketegangan sosial pun dirasakan di berbagai lapisan masyarakat.
Sumber: anadolu