Rabu 18 Oct 2023 16:49 WIB

Dukung Perjuangan Palestina, Kolombia Usir Duta Besar Israel

Serangan Israel dinilai sama kejam seperti perlakuan Nazi terhadap Yahudi.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
 Presiden Gustavo Petro berbicara setelah mengambil sumpah jabatan di Bogota, Kolombia, Ahad, 7 Agustus 2022.
Foto: AP/Fernando Vergara
Presiden Gustavo Petro berbicara setelah mengambil sumpah jabatan di Bogota, Kolombia, Ahad, 7 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Kolombia mengusir Duta Besar Israel Gali Dagon. Pemerintah Kolombia bahkan meminta Dagon untuk segera meninggalkan negaranya saat itu juga.

 

Baca Juga

Pengusiran ini terjadi saat Menteri Luar Negeri Kolombia Alvaro Leyva meminta Dagon minta maaf setelah dia mengkritik pernyataan Presiden Kolombia Gustavo Petro. Presiden Gustavo Petro sebelumnya mengatakan serangan brutal tentara Israel terhadap rakyat Palestina sama kejamnya seperti penganiayaan Nazi terhadap orang Yahudi di masa lalu.

 

"Sebuah tonggak penting dalam sejarah diplomasi dunia adalah kesombongan yang tidak masuk akal dari duta besar Israel untuk Kolombia terhadap Presiden Republik Gustavo Petro. Ini memalukan. Setidaknya minta maaf dan pergi," kata Leyva di media sosial X.

 

Leyva menambahkan jika ada yang memuji tindakan zionis Israel yang mengebom Palestina, sangat tidak masuk akal. "Itu melanggar martabat manusia, membunuh orang yang tidak bersalah, dan doktrin perdamaian komprehensif berdasarkan tugas keadilan dan hukum global,” kata Leyva, dilansir dari Middle East Monitor, Rabu (18/10/2023).

Perang kata-kata di media sosial antara Petro dan Dagon muncul setelah Presiden Kolombia menyatakan mendukung Palestina dan menuduh Israel menggunakan taktik bumi hangus di Jalur Gaza. Dagan menanggapi dengan mengejek pernyataan Petro.

 

Kemudian, Petro mengancam akan memutuskan hubungan dengan Israel sebagai tanggapan atas kejahatan genosida yang dilakukan negara pendudukan terhadap warga sipil di Jalur Gaza. “Jika kita harus menangguhkan hubungan luar negeri dengan Israel, kita menangguhkan mereka. Kami tidak mendukung genosida. Presiden Kolombia tidak dihina,” katanya.

Dia menunjukkan orang Israel juga melakukan pembantaian dan genosida di Kolombia dengan melatih pasukan paramiliter AUC. Pasukan tersebut digambarkan pada 2003 sebagai pelanggar hak asasi manusia terburuk di seluruh Amerika oleh Aljazirah.

 

"Suatu hari tentara dan pemerintah Israel akan meminta maaf kepada kami atas apa yang dilakukan orang-orang mereka di tanah kami. Mereka akan menangis atas pembunuhan Gaza dan Auschwitz Kolombia," kata Petro. 

Presiden meminta negara-negara Amerika Latin untuk menunjukkan solidaritas nyata dengan Kolombia. Petro membuat komentarnya kemudian setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Haiat, mengumumkan bahwa negara pendudukan menghentikan ekspor keamanan ke Kolombia sebagai tindakan hukuman atas dukungan Presiden Kolombia untuk Palestina di Gaza.

 

“Israel mengutuk pernyataan Kolombia yang mencerminkan dukungan untuk kekejaman yang dilakukan oleh teroris Hamas, menghidupkan kembali anti-Semitisme, mempengaruhi perwakilan Negara Israel dan mengancam perdamaian komunitas Yahudi di Kolombia," kata Haiat.

 

Sebelumnya, Israel memanggil Duta Besar Kolombia di Israel Margarita Manjarrez untuk teguran setelah pernyataan bermusuhan dan anti-Semit dari Presiden Kolombia Gustavo Petro terhadap Israel selama seminggu terakhir. Haiat memberi tahu Manjarrez bahwa pernyataan Petro diterima di Israel dengan "kekaan".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement