REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum (Sekum) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menyebut tidak ada ruang dalam hidup yang lepas dari politik. Bahkan, ia menyebut pembacaan Alquran juga didasari oleh kebijakan politik.
"Ada beberapa lafadz Alquran yang penyelesaiannya karena politik. Jangan mengira Alquran itu lafadznya sama semua di antara sahabat," kata dia dalam kegiatan Islamic Book Fair, Jakarta, Kamis (21/9/2023). Informasi ini, kata dia, ditulis dalam buku terbaru Prof Quraish Shihab berjudul 'Islam dan Politik'.
Di antara Abu Bakar, Umar dan Utsman, disebut ada ikhtilaf di antaranya. Ia menyebut ada satu lafadz Alquran yang pembacaannya disepakati melalui keputusan politik.
Selain itu, keputusan Usman memutuskan mushaf Utsmani yang juga dikenal dengan mushaf pemeritah pun merupakan keputusan politik. Ketika membaca dalam beberapa qiroatul Quran, ada beberapa bacaan yang sahabat-sahabat Nabi tidak setuju, terutama Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas dituliskan memiliki bacaan-bacaan yang berbeda dari yang lain. Namun, karena dia bukanlah ketua tim yang ditunjuk oleh Utsman, maka yang dipakai adalah yang menjadi keputusan ketuanya.
"Ada bagian dalam bacaan Quran, yang keputusannya agar umat tidak ikhtilaf terus menerus, penyelesaiannya lewat jalur politik," lanjut Prof Mu'ti.
Ia lantas memberikan penjelasan lanjutan akan buku baru dari Prof Quraish Shihab tersebut. Di dalamnya dibahas seputar makna khilafah, dalam kaitannya Nabi Adam dan Nabi Daud.
Terdapat perbedaan makna antara Kholaif dan Khulafa. Ada khalifah yang maknanya adalah tanggung jawab umum bagi siapa saja atau public eligibility, tetapi ada juga khalifah yang melekat pada orang-orang tertentu, seperti Nabi Daud.
Abdul Mu'ti menyebut buku yang ditulis oleh Prof Quraish Shihab berisikan bahasa yang mudah dipahami dan ide yang mengalir. Ada banyak misteri yang tidak ditemukan dalam kitab kajian keilmuan lainnya.
Lihat halaman berikutnya >>>