REPUBLIKA.CO.ID, KUCHING – Rencana pengajaran modul apresiasi 40 Hadits Imam Al-Nawawi di sekolah-sekolah umum menarik perhatian kelompok non-Muslim di semenanjung Malaysia. Meski sempat berpolemik, tetapi hal ini disebut tidak menjadi masalah di Sarawak.
Menteri Pendidikan, Inovasi dan Pengembangan Bakat Negara Bagian, Datuk Roland Sagah Wee Inn, mengatakan, siswa non-Muslim di negara bagian tersebut dapat mempelajari modul ini jika mereka ingin sebagai mata pelajaran pilihan. Tetapi perlu diingat bahwa mereka tidak boleh dipaksa untuk mempelajarinya.
“Jika siswa non-Muslim dipaksa untuk mempelajarinya, maka saya tidak akan setuju,” kata dia kepada wartawan, dikutip di Malay Mail, Kamis (31/8/2023).
Hal ini dia sampaikan setelah menutup laboratorium bakat dan inovasi digital selama tiga hari, yang diselenggarakan oleh Perusahaan Pengembangan Ekonomi Digital Sarawak untuk guru.
Tidak hanya itu, dia juga mengatakan Sarawak sangat terbuka dalam hal kebijakan keagamaan. Datuk Roland Sagah Wee Inn menambahkan, Perdana Menteri Tan Sri Abang Johari Openg kerap memberikan dana kepada gereja dan kuil.
“Ada banyak pelajar Muslim, yang sekarang menjadi pemimpin politik negara, belajar pengetahuan Alkitab di sekolah-sekolah misionaris di masa lalu. Tidak ada masalah pada saat itu dan mereka masih mempraktikkan ajaran Islam sampai sekarang,” lanjut dia.
Baca juga: 2 Buah Surga yang Ada di Dunia dan Diabadikan Alquran, Atasi Asam Urat Hingga Kanker
Meski demikian, dia mencatat bahwa isu tersebut dapat dimanfaatkan Oposisi terhadap politisi non-Muslim di Gabungan Parti Sarawak (GPS) pada pemilu negara bagian atau federal nanti.
“Bagi saya, saya tidak mempermasalahkan perkenalan hadits-hadits di sekolah,” kata Sagah.
Saat meluncurkan modul tersebut pada 19 Agustus lalu, Menteri Pendidikan Federal Fadhlina Sidek mengatakan bahwa modul ini memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk mengapresiasi kumpulan 40 hadis yang disusun Imam Al-Nawawi, terutama nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.